Waktu dapat mengobati luka hati dengan sendirinya, tapi sisa kenangannya yang tak dapar sirna dengan sendirinya. —Lovesick Bear.
"Siapa ya Tin?" tanya Luna saat mereka bertiga —Tinah, Abel, dan Luna— sedang menikmati santap siang mereka sembari menunggu waktu untuk mengikuti English Club. Luna mencoba menunjukannya pada Tinah dan Abel, seikat bunga yang kelopaknya terbuat dari potongan kain sutra, tangkainya kecoklatan terbuat dari ranting pohon kering, ketujuh bunga tersebut diikat menjadi satu dengan cantik menggunakan temali, dan ketujuh bunga tersebut berwarna jingga. Seikat bunga tersebut, tergeletak di loker Luna beserta dengan sepucuk surat.
LOVE. It's like gravity. Your where center shifts. Suddenly it's not the earth holding you here. I would do anything, be anything you needs. A friend, a brother. A protector.
—Lovesick Bear
"Bagus tapi Lun. Seleranya oke juga ya, Lovesick Bear ini. Romantis juga. Suka - suka." komentar Tinah mendengar cerita dari Luna. "Bentar deh, Lun. Ini bentuk bunga apaan sih?" tanya Tinah. Luna menggelengkan kepalanya, "Aku juga enggak tahu. Belum pernah lihat. Coba cari, deh."
"Ini namanya dahlia. Coba deh, cari artinya apa!" Abel mulai mengelus layar ponselnya. Setelah ketemu, ia menunjukan layar ponselnya pada Tinah dan Luna. Tertera di layar ponselnya,
Dahlia Jingga