Suara pemberitahuan saling bersahut-sahutan menggema ke seluruh bandara menyambut kedatangan Sophia dan Lucas yang berlari tergopoh-gopoh seusai keluar dari taksi. "Luna, ayo cepat. Kita terlambat!" teriak Sophia pada putrinya yang melenggang santai bak model. Teriakannya membuat mereka menjadi tontonan di bandara. Suasana begitu ramai. Banyak lalu lalang orang menyeret kotak-kotak beroda dengan beragam ukuran dan warna.
Beberapa menit lagi pesawat akan tinggal landas dan mereka bertiga —Sophia, Luna, dan Lucas, masih berlarian menuju gate tempat mereka akan boarding. Bukan kali pertama mereka bertiga berkejaran dengan waktu seperti ini. Liburan lalu, mereka malah ketinggalan pesawat karena Luna bangun kesiangan.
Perdebatan antara kakak beradik yang beda usianya hanya setahun ini belum selesai, padahal mereka sudah duduk di kursi penumpang sejak dua puluh menit yang lalu. Napas Luna yang tadinya terengah-engah sudah kembali normal. "Kapan sih, kakak bisa enggak lelet. Masih untung kita nggak ketinggalan pesawat." Omel Lucas. Luna tak menghiraukan ocehan Lucas. Ia lebih memilih untuk menyumpal kedua lubang telinganya dengan earphone dan menyetel musik kesukaannya kencang-kencang.
***
Teriakan Lucas dari balik pintu kamar membangunkan Luna dari tidurnya. Tangannya berusaha meraih ponsel yang semalam ia letakkan di atas nakas, samping tempat tidur. Ia mengeryapkan kedua kelopak matanya yang masih berat untuk terbuka. Lucas kembali memukul-mukul pintu kamar Luna seperti memainkan drum.