Kalau kau belum tahu rasanya penolakan, itu seperti luka menganga akibat hunusan pedang. Perih apabila terkena sesuatu namun apabila sudah sembuh, jangan kau tanya lagi rasanya, aku sudah lupa. —Yoga Adi Santoso.
"Luna!" teriakan seorang siswa menghentikan makan siangnya. Ia yang sedang menikmati santap siang, terganggu dengan kehadiran seorang siswa yang tak ia kenal. Tinah yang juga bersamanya, hanya tertawa-tawa menyambutnya.
Luna menengok ke arah sumber suara berasal. Seorang siswa yang tak ia kenal berdiri membawa setangkai bunga mawar berwarna merah. Di belakang lelaki itu berdiri beberapa orang yang mungkin temannya, membawa gulungan kertas berukuran besar. Segerombolan siswa itu kemudian berjalan, mendekati Luna, Tinah, dan Abel yang sedang berduduk di salah satu meja di kantin.
"Hai, Lun!" sapa siswa tersebut. Tubuh tingginya menutupi pandangan Luna. Tinah dan Abel diam saja di belakang Luna berdiri.
"Nama gue Yoga Adi Santoso, kelas M2-1, absen 23." ia mengulurkan tangannya, mengajak Luna untuk bersalaman.
Yoga Adi Santoso, salah satu murid teladan di SMA Nusantara. Murid penerima beasiswa prestasi. Putra dari Pak Adi Santoso, guru Kimia yang terkenal tegas dan disiplin di sekolah. Yoga merupakan kandidat kuat ketua OSIS tahun ini.
Ia juga merupakan salah satu anggota Paskibraka SMA Nusantara. Tubuhnya tinggi, tegap, kurus, selalu berpakaian rapi dan wajahnya biasa saja. Kulitnya berwarna kecoklatan akibat sering terpapar sinar matahari. Sebagai murid teladan, fotonya banyak terpajang di berbagai sudut sekolah sehingga ia menjadi cukup terkenal di SMA Nusantara.
Luna diam tertegun, berpikir apa yang harus ia lakukan sampai Tinah sengaja menyenggol tangannya, Luna ikut mengulurkan tangannya. Ia bersalaman dengan Yoga, sembari mengumbar senyum, selesai itu, Luna langsung menarik tangannya kembali.
Sorakan teman Yoga memberi ia semangat. Yoga kembali menyapukan pandangannya ke teman-temannya, sampai akhirnya ia kembali menatap wajah Luna yang ada dihadapannya. "Ayoo, kayak latihan kemarin. Semangat." teriak salah satu teman Yoga. Beberapa meneriakan kata semangat dan ada yang menepuk-nepuk punggung Yoga untuk mentransfer energi. Yoga menghela napas panjang.
Tanpa ancang-ancang, Yoga yang tengah berdiri dihadapan Luna, berlutut sembari berkata, "Luna, langsung saja. Gue bilang sesuatu. Gue emang belom kenal sama lo. Tapi lo mau nggak jadi em... em..."