Penggemar adalah seseorang yang membuat aku tetap mencintai apa yang sudah aku lakukan. —Sophia Lugo
Dalam perjalanan pulang, handphone Luna bergetar. Tampak tulisan MY QUEEN TINAH 👑 is calling. Wajahnya juga tergambar layar handphone Luna.
"Lunaa!" teriakan Tinah membuat telinga Luna sakit, ia sedikit menjauhkan handphonenya dari telinga.
"Iya, ada apa? Ada yang ketinggalan?"
"Luna, apa yang kamu lakukan itu jahat. Kenapa kamu enggak bilang sih?"
"Bilang apa?"
"Kenapa kamu enggak bilang, kalau mama kamu itu... mama kamu itu..."
"Apa? Apa?" Luna dan Sophia saling bertukar pandang. Luna keheranan dengan apa yang dikatakan oleh Tinah.
"Mama aku kenapa?"
"Iiih, mama kamu Sophia Lugo kaan! Yang jewelry designer ituu?"
"Iiya, kenapa emang?"
"Temen macem apa sih lo Lun. Kenalin gue sama mama lo. Kalo bisa gue mesthi foto bareng sama dia. Harus! Gue harus ketemu, kenalan. Kalau perlu ke gallery-nya. Gue suka sama mama lo Lun. Suka banget. Keren banget dia."
Luna tersenyum. Ia memandangi Sophia yang sibuk di belakang kendali mobil sambil mendengarkan ocehan Tinah.
"Iya, kapanlah, kamu main ke rumah aku. Kalau ada mama."
"Kapan, kapan? Kalau bisa sekarang langsung, gue main kesana. Gue enggak bakal ngerepotin. Tinah yang cantik dan baik hati ini akan menjaga sikap. Oke. Gue ke rumah lo, sekarang. Titik, ga pake koma. Share location rumah lo. Tunggu ya. Dah Luna, salam buat tante Sophia ya!" Tinah memutus sambungan telepon.
"Siapa Lun?" tanya Sophia, alisnya menyatu, sedikit cemas kepada Luna.
"Tinah, ma. Temen aku yang tadi. Dia tadi lihat mama, terus sekarang maksa pengen ketemu mama deh. Dia tahu mama lo."