Kalau kamu merasakan terluka, biar aku ikut merasakan pedih yang kamu rasakan. Namun apabila aku yang terluka, biar aku sendiri yang merasakannya. Aku sudah punya obat mujarab untuk menyembuhkannya, yaitu kamu. —Lovesick Bear.
Seperti biasanya, Luna berangkat ke sekolah. Ia memasuki gerbang sekolah, sendirian. Semua mata tertuju padanya, beberapa juga berbisik sambil melihat dirinya lewat.
Luna mengambil berapa barang yang sengaja ia simpan di lokernya, memasukan ke dalam tas untuk dapat dibawa ke kelas. Tak ada kejutan di dalam loker hari ini, semua aman terkendali.
Tampak dari luar, kelas masih ramai. Beberapa orang masih asyik mengobrol dan bercanda. Beberapa yang lainnya masih belum masuk ke kelas, padahal tinggal beberapa menit lagi, bel akan berbunyi. Ketika Luna memasuki ruang kelas, mendadak semua aktivitas berhenti. Bola mata mereka memandang lekat - lekat pada Luna. Dari posisi Luna di depan pintu sampai ia duduk di mejanya. Luna merasa kebingungan, apa yang sebenarnya terjadi.
Bangku milik The Black Statue juga masih kosong. Tak ada sosok hitam misterius yang duduk di sebelahnya. Luna mulai menyadari sesuatu. Ada satu hal aneh di mejanya. Tulisan tangan dari tip-ex berukuran besar terpampang di mejanya. Tanpa banyak basa - basi, ia mengeluarkan seluruh buku yang ia bawa. Menutupi seluruh permukaan meja dengan buku yang ia bawa.
Luna menyapukan pandangan ke seisi kelas. Para siswa lain saling bisik dan menatap Luna tajam. Tinah dan Abel, yang duduk di depan Luna ikut bungkam. Luna berusaha menenangkan diri.
"Drrtt...drrtt..." ponsel Luna bergetar. Ia mengambilnya dari saku rok. Satu pesan masuk dari Bobbie.
***
"Lun!" teriak Bobbie dari balik jendela kelas Luna.
Luna menoleh pada Bobbie, membalas lambaian tangannya dengan senyuman.