Lovesick Bear

sudarnowati
Chapter #15

Mawar Berdarah

Cuma satu yang tidak aku ketahui dari kamu. Kepada siapa rasa cintamu, akan berlabuh. —Lovesick Bear.

Luna tak bisa berkonsentrasi penuh pada pelajaran hari ini. Pikirannya terus menerawang. Menebak siapa dalang dibalik semuanya. Mulai dari Lovesick Bear, penghapus tulisan di meja, sampai penulis kata - kata mutiara di mejanya.

"Lun, ke kantin yuk. Cacing di perut udah pada seriosa." bujuk Tinah. Tanpa banyak kata, Luna mengikuti langkah kaki Tinah dari belakang.

Suasana kantin cukup ramai, siang itu. Lalu lalang para siswa antre bergantian membeli makan siang. Mempersiapkan perut untuk mengikuti ekskul. Luna mencari tempat duduk untuk mereka bertiga. Tinah dan Abel asyik memilih menu santap siang. Usai mendapatkan makanan, mereka bertiga duduk di salah satu meja di kantin. Posisinya berada di ujung dalam kantin yang terbuka.

"Nanti langsung ke Lab, aja ya. Gue mau ketemu Kak Echa. Mau pendekatan, biar gue diangkat jadi duta English Club." gelak tawa Tinah mengiringi santap siang.

Sedang asyik mereka menikmati makanan, Bobbie datang dengan menyembunyikan tangannya di belakang badan. Tak tahu apa yang sedang ia rahasiakan di balik tubuhnya. Posisi duduk Luna yang membelakangi arah datangnya Bobbie, membuat ia tak tahu kedatangannya.

"Lun. Ini buat kamu." Luna yang tersentak kaget melihat kedatangan Bobbie yang tiba - tiba. Ia sampai terbatuk - batuk, tersedak makan siangnya. Sembari melepas senyum, ia mengambil setangkai bunga mawar merah segar yang dipegang oleh Bobbie.

"Makasih, Bob." ucap Luna. Seisi kantin riuh. Segerombolan anak laki - laki yang sedang makan, menghentikan aktivitasnya. Mereka menonton adegan romantis yang sedang dipertontonkan Bobbie dan Luna.

Tampak berkebalikan dengan penonton bergender perempuan. Mereka rupanya geram, tak terima apa yang terjadi di hadapan mereka. Mata mereka melotot, tangannya menggenggam erat sendok garpu, dan bibirnya komat - kamit mengatakan mantra kutukan untuk Luna. Hati mereka terbakar api cemburu.

"Aduuh, my sweetheart. Buat Tinah mana? Kok cuma buat Luna. Tinah kan juga mau." seloroh Tinah. Sorot matanya menatap tajam wajah Bobbie. Ia tak mau kalah dengan Luna.

Bobbie menggaruk bagian belakang kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Ia tak tahu harus berkata apa kepada Tinah yang terus mencoba merayunya. Lengan Bobbie yang sedang salah tingkah, ditarik untuk duduk di sebelah Luna oleh Tinah. Tak sempat menghindar, ia terpaksa meladeni candaan Tinah.

Lihat selengkapnya