Kamu penyembuh luka atau malah penambah luka? —Lovesick Bear
Malam harinya setelah semua kejadian yang menguras emosi, Luna bersiap untuk tidur. Ia harap kejadian seperti tadi tak terulang kembali. Di iringi suara rintik hujan, ia mencoba untuk tidur.
"Drrtt...drrtt..." ponsel yang ia letakan di atas meja sebelah pembaringannya bergetar. Ia mengambil dan memeriksanya. Bobbie menelepon lagi malam ini. Malas sebenarnya untuk mengangkat tapi tak apalah, toh bukan dia yang salah.
"Lun? Udah tidur?" tanya Bobbie pada Luna.
"Belum kok. Cuma masih tidur - tiduran aja."
"Tadi kenapa, Lun? Kenapa enggak jadi bareng aku?" tanya Bobbie, langsung pada akar masalahnya.
"Enggak apa - apa kok. Maaf sebelumnya. Tadi ada insiden jadinya aku pulang duluan. Kamu jangan marah ya." Luna tak ingin Bobbie tahu. Cukup biar dia, Tinah, dan Abel yang tahu masalah ini.
"Insiden? Kenapa, kamu ceritalah kalau aku bisa bantu, aku bakalan bantu. Ada apa?" Bobbie hanya pura - pura tak tahu, ia sudah mengetahui kebenarannya lewat Tinah.
"My sweetheart, udah dapat kabar di Luna?"
"Kabar apa?" Bobbie menghentikan ativitasnya sejenak. Ia mengoper bola basket yang sedang ia pegang ke salah satu temannya. Ia menarik Tinah ke pinggir lapangan.
"Kenapa? Bentar." Bobbie mengelus ponselnya. Satu pesan, ia terima dari Luna. Ia segera membacanya.
"Luna dipukuli sama genk-nya Mia. Untung Abel kesana. Kalau enggak, tahu deh Luna kayak apa." wajah Tinah kesal. Tak terima, Luna diperlakukan seperti itu.