26. INT. BARUGA A. P. PETTARANI UNHAS. MALAM HARI
Konser Paduan Suara Mahasiswa bertajuk Lovely Be Lively. Gabriel sebagai konduktor, Langen sebagai pianis. Anggota PSM membawakan lagu.
Maafkan diriku yang takkan pernah bisa
Mencoba tuk melepaskan kamu
Terlalu sulit bagi diriku
Kini ku sadari
Tak ada yang mengerti
Namun ku sendiri
Tak ada yang temani
Aku tak bisa bayangkan
Kau hilang tanpa alasan
Ku harap kau masih fikirkan ku
Tuhan kembalikan dia padaku
Kini ku sadari (Devano Danendra-Cintaku Hilang).
Gemuruh applause memenuhi auditorium. Oki, Marco, dan dr. Anin kembali ke atas panggung. Mereka bertigalah master of ceremony pada Sofar Concert kali ini.
Oki:
“Wow...keren banget ya, penampilan PSM tadi.”
dr. Anin:
“Iya dong. Sebagai alumni PSM, jadi flashback pas konser dulu.”
Marco:
“Anin, mendingan flashback-nya ditunda dulu. Karena masih ada lagi penampilan yang nggak kalah oke berikutnya.”
Oki dan dr. Anin:
“Oh ya? Apa itu, Marco?”
Marco:
“Lagu yang akan dibawakan kali ini diaransemen dengan sangat bagus oleh Gabriel Andreas Karamoy. Ini dia...Perahu Kertas.”
Audience kembali memberi applause. Para anggota PSM kembali membentuk formasi. Gabriel dan Langen bertukar posisi. Langen sebagai konduktor, Gabriel sebagai pianis. Usai pembawaan intro, mulailah anggota PSM menyanyi.
Perahu kertasku kan melaju
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit khilaf
Tapi ini adanya
Perahu kertas mengingatkanku
Betapa ajaib hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri
Hidupkan lagi mimpi-mimpi
Cita-cita yang lama kupendam sendiri
Berdua ku bisa percaya
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu... (Maudi Ayunda-Perahu Kertas).
Selama bernyanyi, Silvi memfokuskan tatapannya pada Gabriel.
Silvi:
(V.O) “Aku tak bisa melepas tatapan darimu. Aku sadari, jari-jarimu sangat rapuh. Kamu pun terlihat kesakitan namun tak pernah mengeluhkannya. Seharusnya aku tak boleh begini, tapi...”
Fade out
27. INT. RUANG LATIHAN PSM. MALAM HARI
Marco:
“Kamu kesakitan, Gabriel.”
Gabriel:
“Tidak, Marco. Aku baik-baik saja. Percayalah.”
Langen:
“Sayangnya, kami tidak percaya.”
Oki:
“Setelah urusan ini, kamu harus ke rumah sakit.”
Gabriel tak sempat menjawab. Anggota paduan suara masuk satu per satu. Kesebelas anak angkat Gabriel menyusul di belakang mereka.
Anak-anak PSM:
“Yes!”
Zaqi, Wildan, dan Daniel:
“Konsernya sukses!”
Silvi:
“Guys, sekarang kita bantu Gabriel dulu. Kan Gabriel sudah bantu kita sampai konsernya sukses.”
Zia, Alina, Tiara, Safa, Savina, Albert, Samuel, Habsyi, Ahmed, Josef, dan Alice:
“Iyaaa...kakak-kakak bantuin Ayah ya!”
Anak-anak PSM mengambil posisi. Begitu pun Oki, Langen, dan Gabriel. Marco menyibukkan diri dengan kamera digitalnya.
Insani:
“Yaaah...Kak Marco nggak akan kelihatan di video nanti.”
Marco:
“Sesekali kurang eksis nggak apa-apa. Saya sudah sering eksis soalnya.”
CUT TO
280. INT. RUMAH NAJWA. MALAM HARI
Najwa turun dari mobil. Melambaikan tangan pada Dani, lalu melangkah masuk ke rumah. Pandangannya tertuju pada sebentuk kotak putih di dekat pintu. Diambilnya kotak itu dan dibawanya masuk ke dalam.
Najwa:
(V.O) “Ini apa ya?” (membuka kotaknya, lalu mendapati sekeping DVD dan sebentuk kotak mungil berwarna hitam-keperakan)
Najwa:
(menimang kotak kecil itu) (V.O) “Bentuknya seperti...ah, mana mungkin?”
(camera follow: fokus diarahkan pada kotak hitam yang terbuka penutupnya. Diperlihatkan sebuah cincin emas bertatahkan berlian dengan hiasan huruf F terukir di tengahnya).
Najwa:
(V.O) “F? Inisial siapa, ya? Kenapa cincinnya cuma satu? Aku harus lihat DVD-nya dulu kali ya.” (beranjak bangkit dari sofa, memutar DVD).
(Insert: layar terbagi dua. Pada sosok Najwa yang duduk di sofa dengan cincin tergenggam di tangan, dan layar televisi plasma yang memampangkan video).
Najwa terpaku menonton video itu. Mula-mula ditampilkan foto-fotonya di masa kecil hingga dewasa. Ada pula foto-foto bersama semua sahabatnya, ibu kepala panti, Gabriel, kesebelas anak pengidap AIDS, Prof. Andreas dan Prof. Harini. Setelah penayangan foto, muncullah tulisan indah berbunyi:
Gabriel Andreas Karamoy
For
Najwa Livia
Najwa terbelalak. Antara kaget dan bahagia.
Gabriel:
“Gutten aben, Peri Kecil. Kurasa waktunya sudah tepat. Dengarkan aku, oke?”
Lalu Gabriel memainkan piano dan menyanyikan Kesempurnaan Cinta dari Rizky Febian.
Gabriel:
“Sekarang, coba kamu buka kotak kecil yang kuberikan itu. Lihat isinya. Sudah? Nah, seharusnya kotak itu berisi sepasang cincin. Tapi pasangannya ada padaku, Peri Kecil.” (mengangkat tangan, memperlihatkan sebentuk cincin yang persis sama berukiran huruf N).
Gabriel:
“G untuk Gabriel, N untuk Najwa. Gabriel Andreas Karamoy for Najwa Livia. So…”
Gabriel:
(menghela nafas sejenak, lalu melanjutkan) “Najwa Livia, will you marry me? Di depan semua anggota PSM dan di depan anak-anak yang selama ini kita bantu dan dampingi, aku melamarmu. Kamulah cinta pertamaku, Peri Kecil. And I wish, you’ll be the last in my life. There’s noone in this world can be take your place. Love you so much.”
Kesebelas anak angkat Gabriel maju. Bergandengan tangan.
Sebelas anak angkat:
“Bunda Najwa...!”
Zia:
“Bunda terima ya? Kami mau Bunda nikah sama Ayah.”
Samuel:
“Kami semua sayang banget sama Bunda. Ayah juga.”
Video berakhir.
(S.L: kotak hitam meluncur dari jemari Najwa. Bersamaan dengan jatuhnya air matanya).
Najwa:
(V.O) “Ya Tuhan...harusnya aku bahagia dilamar Gabriel. Aku yakin, cepat atau lambat pasti terjadi. Dan sekarang sudah terjadi. Andai belum ada Dani, segalanya akan lebih mudah. Aku harus bagaimana?”
29. INT. DELTA RESTO. PAGI HARI
Dani:
“Mana berkas-berkasnya? Jadi, Kalis nggak bisa datang?”
Najwa:
(menyerahkan berkas-berkasnya) “Iya. Kalis harus ke kantor cabang di Denpasar.”
Dani:
(menyesap pelan hot chocolate-nya) “Akhirnya selesai juga.”
Najwa: