93. INT. CAFE. SORE HARI.
Langen:
“Aku punya ide. Dapat dipastikan, ini jadi kejutan ulang tahun yang unpredictable buat Gabriel.”
Para sahabat:
“Apa idenya, apa?”
Langen:
“Tapi...harus ada korban.”
Marco:
“Bagaimana kalau saya?”
Alia:
“Ya ampun, Marco. Kamu berani atau nekat sih? Idenya aja belum tahu.”
Langen:
“Tidak bisa, Marco. Kamu sepupunya, dia takkan percaya.”
Oki:
“Aku saja. Apa idemu sebenarnya, Langen?”
Langen:
“Apa lagi kamu! Dia makin tak percaya. Korbannya haruslah cool, populer, dan masih single.”
Semua mata langsung tertuju pada Anjas.
Para sahabat:
“Ah....Anjas! Kamu jadi korban!”
Anjas:
“Baik, baik. Aku jadi korban. Ini demi Gabriel dan Najwa ya?”
94. INT. RUMAH NAJWA DAN GABRIEL. PAGI HARI.
Bel pintu berbunyi. Gabriel beranjak menuju ruang tamu, membukakan pintu.
Gabriel:
“Hai, Dani. Masuk yuk...Najwa sudah ke kantor sejak Shubuh tadi. Kerjaannya menumpuk katanya.”
Dani:
“Nggak usah. Di sini saja.”
Gabriel melangkah ke teras, lalu menarik kursi rotan dan menempatkannya di samping kursi roda Dani.
Gabriel:
“Ada apa?”
Dani:
“Coba kamu lihat ini.” (mengulurkan kamera digitalnya ke tangan Gabriel)
Gabriel menerimanya dan terbelalak kaget. Ada puluhan foto-foto Anjas dan Najwa dalam berbagai pose romantis.
Gabriel:
“Apa maksudnya semua ini...? Pasti ada kekeliruan, kan?”
Dani:
“Tidak. Ya...selama ini, Najwa berselingkuh di belakangmu. Kamu saja yang tidak tahu. Kamu menikahi wanita yang salah.”
Gabriel:
“Aku tidak percaya, Dani.”
Dani:
“Kalau tidak percaya, datang saja ke kantormu.”
Gabriel tak membuang waktu lagi. Ia bergegas melangkah ke halaman, membuka pintu mobil, dan melajukannya ke Bestfriend Management.
95. INT. RUANG KERJA DIREKTUR BESTFRIEND MANAGEMENT. PAGI HARI.
Gabriel membeku melihat pemandangan di depannya. Anjas dan Najwa berpelukan erat di tengah ruangan.
Anjas:
“Aku nggak keberatan dijadikan yang kedua. Thanks ya, buat pagi ini.”
Najwa:
“Sama-sama, An. Love you.”
Anjas:
“Love you too.” (mempererat pelukan di tubuh Najwa, mencium kedua pipinya)
Gabriel:
(memaksakan diri tetap tenang) “Katakan ini kekeliruan...ini kesalahan.”
Anjas:
(tertawa sinis) “Kamu terlalu positive thinking, Gabriel. Kamu nggak tahu kan, selama ini Najwa mendua?”
Gabriel:
“Kenapa kalian melakukan ini padaku?”
Pintu terbuka, dan para sahabat muncul.
Para sahabat:
“Karena kamu ulang tahun! Happy birthday, Gabriel.”
Gabriel terperangah. Terlebih ketika Najwa mendekat dan memeluknya.
Najwa:
“Maaf ya...pasti kamu shock dan sedih awalnya.”
Gabriel:
(membelai punggung Najwa, balas memeluknya) “Ya. Tapi aku selalu berpikir positif. Jauh di dalam hatiku, aku percaya kalian sebenarnya tidak begitu.”
Oki:
“Ini semua ide Langen, Gabriel.”
Langen:
((tertawa) “Aku sukses mengerjaimu, Gabriel.”
Pesta ulang tahun Gabriel. Anggota PSM datang bersama Prof. Andreas, Prof. Harini, dan kesebelas anak angkat. Marco, Najwa, Oki, dr. Anin, dan dr. Reva menunjukkan dua puluh enam balon emas berisi kartu ucapan selamat dari teman-teman Gabriel di Komunitas Bisa dan Komunitas Kekuatan Cinta. Anak-anak memberikan hadiah mereka, berupa sebuah lukisan yang sangat indah.
Sayangnya, anak-anak tak bisa berlama-lama. Langen dan dr. Reva mengantarkan mereka ke sekolah. Sementara yang lain tetap tinggal di sana.
96. INT. RUANG KERJA DIREKTUR BESTFRIEND MANAGEMENT. PAGI HARI.
Prof. Andreas:
“Bukan hanya anak-anak, kami juga punya sesuatu untukmu.” (menyerahkan amplop ke tangan Gabriel).
Gabriel membukanya. Menemukan tiket pesawat tujuan Munchen atas nama Gabriel Andreas Karamoy dan Najwa Livia, beberapa dokumen dari sebuah rumah sakit di Jerman, surat rekomendasi dari dr. Reva, dan paspor.
Prof. Harini:
“Sayang, pergilah ke Munchen. Jalani pengobatan di sana.”
(backsound: musik instrumental bernada sedih)
Gabriel:
“Ma, Pa, sudah kubilang aku takkan melanjutkan terapi pengobatan lagi. Siapa yang mengatur ini semua?”
Oki, Najwa, dan Marco:
“Kami.”
Oki:
“Aku yang mengatur agar paspormu dan Najwa diperpanjang.”
Najwa:
“Aku membantu Reva, Mama, dan Papa mencari tim dokter terbaik di Jerman, Gabriel. Aku juga mengontak Frau Helena.”
Marco:
“Dan aku mengurus flight-nya.”
Gabriel:
“Sistematis...cara kerja kalian benar-benar sistematis.”
Prof. Andreas:
“Gabriel, kami ingin kamu sembuh. Kami ingin hidup lebih lama bersamamu. Jalanilah pengobatan itu, Papa mohon.”
Anggota PSM:
“Iya, Gabriel...”
Silvi:
“Gabriel itu malaikat bagi Kak Najwa, para sahabat, anak-anak pengidap AIDS itu, dan bagi kami, anggota choir. Bertahanlah demi kami.”
Gabriel tak berkata apa-apa. Ia melangkah meninggalkan ruangan. Marco dan Najwa bergegas mengejarnya.
97. INT. BALKON KANTOR BESTFRIEND MANAGEMENT. PAGI HARI.
(Backsound: musik instrumental bernada sedih)
Gabriel:
(menghela nafas dan bersandar ke pagar tangga) “Aku hanya kecewa dan tak mengerti...mengapa kalian melakukan ini?”
Marco:
(menjelaskan dengan sabar) “Kami menyayangimu, makanya kami melakukan ini.”
Gabriel:
“Aku ingin hidup normal...bukannya menjalani sisa hidup di rumah sakit.”
Marco dan Najwa:
“Justru semua pengobatan itu akan membuatmu hidup normal lebih lama.”
Gabriel:
“Dari pada aku melewatkan sisa hidupku di rumah sakit tanpa kepastian, lebih baik kulewatkan sisa hidup dengan normal dan melakukan banyak kebaikan. Aku menghargai niat kalian.” (menundukkan pandang, menatap lantai) “Tapi maaf, aku tak bisa melakukan yang satu ini.”
Noda merah terjatuh dari hidung Gabriel, tepat mengenai lantai. Makin lama noda darah itu makin banyak. Sukses membuat lantai putih itu berubah merah akibat genangan darah.