Lovestory About Choirmaster

princess bermata biru
Chapter #7

7. Diskusi

Cafetaria rumah sakit menjadi tempat diskusi mereka. Tak hanya The Three Musketeers, Zahra, Dani, Alia, Najwa, dan Alisha saja. Kamal dan Anastasia ikut ambil bagian.

“Bagaimana ini?” Alia bergumam resah. “Riskan kita mengembalikan Chika pada Oma-nya.”

“Iya, memang tidak mungkin. Lupakan soal Oma-nya. Lebih baik kita saja yang merawat dan membesarkannya.” Alisha membenarkan pendapat kakaknya.

Anjas menyesap green tea-nya lalu bertanya, “Dicky, Kak Kamal, seberapa parah kondisi Chika?”

“Bisa dikatakan... sangat parah. Ia mengalami pendarahan Interkranial, tulang belakangnya retak, luka serius pada jantung dan lambung, dan dislokasi persendian. Hanya organ hati, ginjal, dan paru-parunya yang masih berfungsi normal. Bahkan suatu keajaiban hari ini dia sudah sadar.” jelas Kamal panjang lebar.

“Astaghfirulah...” Anjas, Zahra, dan Kalis beristighfar pelan.

“Separah itu kondisi Chika?” Dani berucap lirih.

“Ya. Dia harus secepatnya ditangani internis dan dokter spesialis syaraf.” Anastasia angkat bicara.

“Aku percaya kamu internis yang hebat, Anastasia. Sembukanlah dia...” pinta Kamal sambil merangkul istrinya. “Aku tak bisa janji Kamal, tapi akan kulakukan yang terbaik untuk Chika.”

“Itu berarti, Chika akan tinggal lama di rumah sakit. Kita bisa merawatnya bersama-sama. Lalu, apa yang harus dikhawatirkan?” Alisha bertanya dengan wajah innocent-nya.

“Dia harus tetap memiliki orang tua, Alisha. Apa lagi dia masih kecil. Paling tidak dia punya seseorang yang bertanggung jawab padanya.” Dicky menjelaskan dengan sabar.

Sesaat hening. Hanya terdengar denting gelas beradu dengan permukaan meja. Dani dan Najwa meminum susu strawberry mereka, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Zahra mendadak kehilangan selera pada ice capuccino-nya. Di sisinya, Anjas tak henti menatapnya dari balik gelas green tea. Ia sangat memahami betapa sedih dan resah hati Zahra. Dicky dan Alia menekan kuat kecemasan mereka di balik gelas avocado juice. Kalis bersusah payah menghabiskan vanilla latte-nya. Alisha, Kamal dan Anastasia meletakkan gelas milkshake mereka begitu saja.

”Aku punya ide. Bagaimana kalau Chika jadi anak angkatnya Gabriel? Percayalah, dia bisa merawat dan membesarkan Chika dengan baik.”

“Gabriel? Kamu benar juga. Anak-anak angkatnya di rumah singgah HIV/AIDS cukup banyak, dan dia terbukti merupakan ayah yang penyayang. Pasti dia tak keberatan mengadopsi satu anak lagi.” Alisha dan Kalis menyambut baik usul Najwa.

Tersenyum, Najwa membuka tas dan mengambil handphone-nya. Tak sabar ingin menghubungi Gabriel. Namun Dani cepat berkata,

Lihat selengkapnya