“Jadi, Chika itu pasiennya Dicky? Yang kecelakaan di depan rumah sakit karena kabur dari rumah Oma-nya?” Gabriel menyimpulkan setelah mendengar sebagian cerita Najwa.
Najwa mengangguk. Lembut membenahi selimut Zia. Sesekali mengusap-usap rambut gadis kecil itu. “Iya. You know, Gabriel? Diskusinya alot sekali. Bahkan Kak Kamal dan Kak Anastasia, kakak-kakaknya Zahra, ikut ambil bagian.”
“Wajar. Kalian semua pasti khawatir. Aku juga bersimpati sama Chika. Unfortunately, aku nggak diizinkan mengadopsi...”
Gabriel menggantung kalimatnya. Menatap langit-langit kamar sekilas. Teringat bagian kisah dimana Dani melarang Najwa memintanya mengadopsi Chika.
“Jangan dimasukkan ke dalam hati. Aku percaya Dani sebenarnya baik,” hibur Najwa.
“Iya, Peri Kecil. Tenang saja. Aku pun percaya kalau dia baik. Aku bahkan ingin berteman dengannya.”
Dani. Mengapa Najwa sering sekali menyebut-nyebut namanya hari ini? Apakah Peri Kecilnya sedang jatuh cinta? Kemungkinan besar begitu.
“Gabriel? Hello...are you ok?” Najwa melambaikan tangannya, sedikit khawatir.
“I’m ok,” kata Gabriel cepat-cepat.
“Aku hanya memikirkan sesuatu.”
“Memikirkan apa?”
**
Tapi aku mencoba untuk setia
Sesaat malam datang