“Aku khawatir padamu, Gabriel.” Najwa berujar perlahan.
Gabriel menghela nafas. Menarik lembut tangan Najwa dan menggenggamnya.
“Jangan khawatir lagi, Peri Kecil. Menyelesaikan proposal bukan pekerjaan berat. Aku akan baik-baik saja.”
Najwa tertawa kecil mendengarnya. Ia senang tiap kali Gabriel memanggilnya Peri Kecil. Sejak dulu, Najwa Livia memang Peri Kecilnya Gabriel.
“Hei, kenapa tertawa?”
“Habisnya aku kangen dipanggil Peri Kecil. Terakhir aku mendengar panggilan itu sekitar…seminggu yang lalu.”
Gabriel ikut tertawa, lalu memeluk Najwa. Sebersit rasa bersalah menyelusup dalam benaknya. Seminggu terakhir ia memang sibuk sekali. Pekerjaan di Bestfriend Management, melatih anggota PSM, dan mengurus anak-anak angkatnya membuat waktunya tersita.
“Sorry…” bisiknya. Mengusap lembut poni Najwa.
“Tak ada yang perlu dimaafkan, Gabriel. Aku mengerti kesibukanmu. Aku pun sibuk belakangan ini. Pekerjaan di Gazanesia Corp menumpuk dan persiapan reuni.”
“Oh iya, soal reuni itu. Maaf ya, aku nggak bisa pergi bareng kamu.” Gabriel meminta maaf, dan ia benar-benar menyesal tak bisa menemani Najwa.
Najwa tersenyum lembut. “Tak masalah. Kamu tetap fokus sama Sofar Concert PSM ya? Tenang saja, aku sudah menemukan orang lain yang bisa kuajak.”