“Sini berbaring lagi, Sayang. Ayo pelan-pelan…”
Dapat mereka dengar suara dalam dan lembut Kamal dari ruang rawat Chika. Tersenyum, Najwa mengetuk pintu. Tak lama pintu terbuka, nampaklah Kamal dan Anastasia di ambangnya.
“Halo Najwa,” sapa keduanya bersamaan.
“Hai Kak Kamal, Kak Anastasia.” balas Najwa ceria.
“Kamu Gabriel, kan? Salah satu relawan buat anak-anak HIV/AIDS yang memutuskan jadi ayah angkat mereka?” Anastasia mengarahkan tatapan pada Gabriel.
“Iya benar. Kaalau tak salah, saya pernah ketemu kalian. Tahun lalu, saat…”
“Acara peringatan Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember. Ternyata kamu masih ingat. Kami pernah jadi relawan, tapi sementara ini berhenti dulu karena pekerjaan di rumah sakit makin menyita waktu.” Kamal menyela sambil tersenyum.
“No problem, kalian akan diteerima kapan pun kalian siap bergabung lagi.”
Mereka pun beranjak memasuki ruangan. Terlihat Chika berbaring di tempat tidur. Ia mengenakan piyama rumah sakit yang terlihat baru. Ram butnya masih basah. Rupanya Chika baru selesai dimandikan oleh Kamal dan Anastasia.
“Selamat sore Chika!”” Najwa berseru riang. Membungkuk, mengecup pipi gadis kecil itu.
“Sore, Kak Najwa.”
“Chika apa kabar? Masih sakit luka-lukanya?”
Chika menggeleng, tersenyum kecil. “Kabar Chika baik. Lukanya udah nggak sakit kok.”
“Syukurlah, Sayang. Chika pasti kuat. Oh ya, ada yang mau kenalan sama Chika.”
Gabriel mendekat, tersenyum hangat pada Chika. Chika balas tersenyum. Menerima uluran tangan Gabriel. Hangat, itulah kesan pertama yang dirasakan Chika.
“Nama Kakak siapa?” tanya Chika.