Rush dark blue itu menepi di depan sebuah rumah mungil beratap bugenvil. Dari pintu penumpang depan, keluarlah figur gadis cantik bermata hazel dengan wrap dress tube top berwarna merah darah. Senyum merekah di wajahnya saat melambaikan tangan melepas laju Rush itu.
Sejurus kemudian si gadis melangkah memasuki rumah. Betapa heran ia saat hendak menutup pintu. Tepat di bawah pintu, tertatap olehnya sebentuk kotak putih berukuran sedang. Perlahan ia membuka tutup kotak itu. Begitu tutup kotak terbuka, sekeping DVD dan sebuah kotak kecil meluncur keluar.
Najwa menimang kotak mungil berwarna hitam-keperakan itu di tangannya. Ia serasa tak asing dengan bentuk kotak itu. Mungkinkah isinya…
Terlihat kilatan emas saat ia menarik terbuka penutup kotak hitam itu. Di dalamnya, terdapat sebentuk cincin emas bertatahkan berlian. Huruf G terukir pada cincin itu. G? Pikir Najwa tak mengerti. Inisial siapakah ini? Yang lebih mengherankan lagi, hanya ada satu cincin dalam kotak. Bukankah seharusnya ada sepasang cincin?
Mungkin jika ia melihat isi DVD-nya misteri ini akan terpecahkan. Tanpa membuang waktu, Najwa beranjak ke sofa ruang tamu. Berkutat memasukkan DVD dan menekan tombol play. Siap menonton apa pun isi DVD itu.
Mula-mula layar plasma di depannya hitam pekat. Sampai akhirnya bermunculan rangkaian tulisan indah berbunyi:
GABRIEL Andreas Paz
For
Najwa Livia
Hati gadis itu berdesir halus. Tak salah lagi, Gabriel yang melakukannya. Berarti, cincin berlian ini pun dikirimkan olehnya.
Rangkaian tulisan indah itu lenyap. Sebagai gantinya, layar dipenuhi foto-foto Najwa dan Gabriel sejak mereka kecil hingga dewasa. Bahkan ada beberapa foto yang Najwa sendiri tak sadar kapan diambilnya. Sebagian besar foto menampilkan Gabriel dan Najwa dengan senyum menawan mereka. Namun ada pula foto Najwa yang sedang menangis dan memasang wajah sedih. Tak sedikit foto-foto Najwa dan Gabriel bersama orang-orang terkasih mereka. Prof. Andreas, Prof. Harini, dr. Reva, sahabat-sahabat mereka (termasuk Dani, Alia, Alisha, Zahra dan Three Musketeers), Marco, Prof. Tina, Prof. Apollo, anak-anak pengidap HIV/AIDS yang diadopsi Gabriel, semua anak di panti asuhan tempat Najwa dibesarkn, anggota paduan suara, Chika, serta ibu kepala panti.
Penayangan sejumlah foto berakhir. Kali ini, muncullah Gabriel dikelilingi semua anggota PSM dan anak-anak angkatnya. Mereka berada di salah satu ruang kuliah yang biasa digunakan untuk latihan PSM.
“Gutten aben, Peri Kecil. Kurasa waktunya sudah tepat. Dengarkan aku, oke?”
Gabriel bergerak ke depan grand piano putih. Kesepuluh jarinya menekan tuts demi tuts piano, memulai intro. Dalam hati Najwa mengagumi Gabriel. Dalam kondisi sakit, ia tetap bisa bermain piano dengan sangat baik.
Kau dan aku tercipta oleh waktu
Hanya untuk saling mencintai