Kalis tersenyum puas saat mengangkat telepon dan menekan nomor extension. Menang tenderlah yang menjadi penyebab kebahagiaannya hari ini. Sebentar terdengar nada tunggu, lalu telepon diangkat.
“Najwa, hari ini kamu lembur ya. Bantu saya menyusun konsep surat perjanjian kerjasama untuk Eka Wijaya Mediagroup.” perintah Kalis to the point.
Sementara di ruangan sebelah, Najwa mengiyakan instruksi Kalis. Ia sama sekali tak keberatan harus lembur sore ini. Toh menyusun konsep surat perjanjian memang menjadi salah satu tugas dalam job description-nya sebagai sekretaris. Belum lagi Najwa tipikal wanita hardworker, pekerjaan ekstra bukan masalah baginya.
Segera setelah membereskan dokumen-dokumen di mejanya, Najwa beranjak ke ruangan Kalis. MacBook tergenggam di tangan kirinya. Seperti biasa, CEO Gazanesia Corp itu menyambutnya ramah meski tetap profesional. Najwa pun belum melepas sikap profesionalnya lantaran mereka masih terlibat dalam urusan pekerjaan.
Satu jam keduanya disibukkan dengan surat perjanjian kerjasama. Mendiskusikan beberapa bagian surat, melakukan revisi, bahkan beberapa kali menghapus beberapa kalimat dalam surat yang diragukan. Sampai akhirnya, konsep surat itupun selesai.
“Kamu lelah, Najwa?” tanya Kalis saat mereka keluar dari ruang kerjanya.
Najwa menggeleng. “Nggak, saya cuma lagi banyak pikiran.”
“Lagi banyak pikiran? Kenapa?” Kalis bertanya penasaran.
“Sebenarnya saya sudah memutuskan buat menolak lamaran Gabriel, tapi saya bingung gimana cara menyampaikannya. Biar dia nggak sakit hati,” tandas Najwa.
Mereka tiba di lift. Najwa masuk lebih dulu, disusul Kalis. Di dalam lift yang berguncang pelan, pembicaraan kembali dilanjutkan.
“Kamu yakin mau nolak lamaran Gabriel?”