Kini hanya tinggal Prof. Harini dan Prof. Andreas di dalam kamar rawat itu. Tanpa diduga, Gabriel bangkit dari ranjang dan melepas selimutnya.
“Kamu mau kemana, Sayang?” tanya Prof. Harini.
“”Aku harus kelua dari sini, Ma. Masih ada slide presentasi untuk Bestfriend Management dan aransemen lagu untuk PSM yang mesti kuselesaikan.” balas Gabriel tenang, meraih kunci mobilnya.
“Tapi, tak bisakah ditunda…?”
“Maaf Pa, tidak bisa. Kasihan kalau orang-orang yang membutuhkan hasil pekerjaanku menunggu lebih lama lagi. Aku harus pulang dan menyelesaikan semuanya.”
Prof. Andreas dan Prof. Harini bertukar pandang. Mengerti bila anak mereka tak suka dilarang dan tipikal pekerja keras. Maka keduanya ikut bangkit.
“Kamu boleh pulang, tapi jangan mengemudi. Biar mobilmu dibawa sama supir nanti. Pulanglah bersama kami, oke?” bujuk Prof. Andreas.
“Oke.” Gabriel mengangguk setuju, dan mengikuti langkah kedua orang tuanya.
**
“97.2 Light Radio, The Best and Hits. Halo Lighters, ketemu lagi sama Oki Dermawan di acara Heart to Heart. Sebelumnya, thanks buat Shabrina yang udah gantiin Oki pas opening sesion tadi.”
“You’re wellcome, Oki. Oh ya, kenapa Oki bisa telat? Kan nggak biasanya tuh.”
Suara khas milik Oki, salah satu sahabat dekat Gabriel, terdengar dari radio mobil yang dikemudikan Prof. Andreas. Menemani perjalanan ketiga anggota keluarga itu.
“Tadi Oki abis dari rumah sakit, Shabrina. Ada sahabat Oki yang sakit.”
“Oooh…kita doain sama-sama ya Lighters, biar sahabatnya Oki cepat sembuh.” Shabrina menimpali dengan nada bersimpati.
“Amin. Nah, Oki bakal nemenin kalian selama dua jam ke depan. Kalo ada Lighters yang mau curhat seputar love and relationship gimana caranya, Shabrina?”
“Telepon ke 4257651. Bisa juga mention ke Twitter kita @Lightfm dengan hashtag Heart to Heart. Sebelum sesi curhat, ada dua hits dulu nih. Tegar dari Rossa, dan Kembalikan Lagi Senyumku dari Melly Goeslaw. Stay tune ya.”
Gabriel merasakan sebersit rasa bersalah menyelusup dalam hatinya. Oki terlambat untuk siaran karena dirinya.
“Bukan salahmu, Sayang…” hibur Prof. Harini.
“Tidak ada yang menyalahkanmu,” tukas Prof. Andreas.