Di setiap doaku
Di setiap air mataku
Selalu ada kamu
Di setiap kataku
Kusampaikan cinta ini
Cinta kita
'Ku tak akan mundur
'Ku tak akan goyah
Meyakinkan kamu
Mencintaiku
Tuhan, kucinta dia
Kuingin bersamanya
Kuingin habiskan nafas ini
Berdua dengannya
Jangan rubah takdirku
Satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir (Andmesh-Jangan Rubah Takdirku).
Alunan piano terdengar di ruang latihan. Beberapa anggota PSM berdiri di kanan-kiri piano, bernyanyi mengikuti musik yang dimainkan Wildan. Lagu bertema cinta yang sedih, representatif dengan cuaca mendung di luar sana.
Meski bernyanyi dan mengobrol ringan dengan teman-temannya, Maureen tetap tak bisa menepis kecemasan. Berulang kali ia melempar pandang ke pintu, berharap Gabriel segera datang. Tak biasanya Gabriel datang terlambat. Bukankah ia selalu tepat waktu? Sudah hampir dua jam mereka menunggu. Demi mengisi waktu, sejak tadi mereka menyanyikan banyak lagu.
“Gabriel kenapa belum datang ya?” gumam Maureen untuk kesekian kalinya.
Vania mengusap pelan bahu gadis itu. “Sebentar lagi Gabriel pasti datang.”
“Firasatku tak enak.”
Beberapa pasang mata menatapnya ingin tahu. Maureen memainkan jemarinya, resah.
“Aku takut Gabriel sakit atau kenapa-napa.”
“Positive thinking saja. Mungkin Gabriel kena macet atau apa,” tukas Wildan.
“Atau bisa jadi dia masih sibuk di kantor.” Aldia berspekulasi disambuti anggukan Cintya.
Sebelum Maureen menanggapi, pintu ruangan bergeser terbuka. Masuklah Zaki dan Helmi.