Lovestory About Choirmaster

princess bermata biru
Chapter #38

38. Tempat Pertama dan Tembagapura

Keesokan paginya, Gabriel terbangun dengan perasaan lebih segar. Setidaknya ia tak lagi merasakan sakit.

Tanpa sengaja, pandangannya tertuju pada sesosok wanita cantik bergaun putih keperakan yang terlelap di kursi sebelah tempat tidur. Gurat kelelahan terlukis dalam di wajahnya. Untuk kesekian kalinya Gabriel disergap rasa bersalah. Seharusnya malam pernikahan mereka tidak dilewati di sini. Seharusnya mereka bisa melewati malam yang lebih bahagia.

“Maaf, Peri Kecil. Kamu pasti kelelahan,” ujar Gabriel. Mencium kening Najwa, seperti yang dilakukan Peri Kecil itu padanya semalam.

Tepat pada saat itu, Najwa terbangun. Senyumnya merekah saat melihat Gabriel di sisinya.

“Selamat pagi, Peri Kecil.”

“Selamat pagi, Gabriel. Gimana kondisi kamu sekarang? Masih sakit?”

Gabriel tersenyum. “Aku merasa sangat sehat, Najwa.”

Are you sure?”

Yes...”

Sejurus kemudian Gabriel meraih tangan Najwa. Menuntunnya berdiri.

“Hei, mau kemana?”

A place when we first met.”

Najwa sontak menepuk dahinya dan mendesah. “Oh...iya. Tapi kamu masih sakit, Gabriel.”

“Aku sudah sehat, Peri Kecil. Ayo. Jaraknya dekat kan dari sini?”

Mata bening bercahaya itu...senyuman menawan itu...membuat hati Najwa luluh seketika. Ia tak sanggup menolak. Berdua mereka melangkah meninggalkan rumah sakit. Tak sedikit orang-orang yang menatap mereka keheranan. Seorang gadis cantik mengenakan bridal dress berdampingan dengan pria tampan yang memakai pakaian rumah sakit.

Tiba di jalan raya, lebih banyak lagi tatapan-tatapan ingin tahu terarah pada mereka. Najwa terlihat tak enak hati. Sebaliknya, Gabriel rileks saja ditatap begitu.

“Gabriel, orang-orang memperhatikan kita. Penampilan kita aneh soalnya...” desis Najwa.

“Nggak apa-apa, Peri Kecil. Mereka memperhatikan kita karena penampilan kita tidak biasa. Tenang saja, aku yakin mereka tidak bermaksud jahat.” Gabriel berkata menenteramkan, menggenggam lembut jemari istrinya.

Akhirnya mereka tiba di sebuah tanah lapang. Letaknya di belakang panti asuhan tempat Najwa dibesarkan. Inilah tempat pertama kali Najwa dan Gabriel bertemu. Sekarang tanah kosong itu ditumbuhi peperomia, anggrek, dan bugenvil.

“Hampir tak ada yang berubah, kecuali sekarang tempat ini jadi semakin indah.” komentar Najwa.

“Iya. Semuanya masih sama...”

Angin pagi berembus pelan. Membelai rambut mereka. Udara di sini terasa sejuk dan segar. Najwa merapatkan tubuh pada Gabriel, menikmati saat-saat indah ini.

“Di sini, aku pertama kali menemukanmu. Kamu menangis waktu itu, Peri Kecil.” kenang Gabriel. “Iya...aku menangis saat itu. Lalu kamu datang, mengobati lukaku, dan mengajakku nonton pertandingan futsal.”

Najwa menatap Gabriel lekat. Menyadari jika dirinya masih ingat detail pertemuan mereka yang pertama.

“Banyak sekali kenangan di tempat ini,” ucap Najwa.

“Iya. Pertama kali kita bertemu, and the moment I saw you cry...” lanjut Gabriel.

Angin kembali berembus, membelai dua tubuh proporsional itu. Gabriel merengkuh Najwa ke pelukannya. Mendaratkan tangan hangatnya di rambut wanita itu. Mengecup kedua pipinya. Najwa memejamkan mata. Menikmati tiap sentuhan dan usapan tangan Gabriel di tubuhnya. Wangi Clive Christian dan Escada The Moon Sparkel menyatu dari tubuh keduanya.

**

Gabriel merangkul Najwa memasuki bandara. Di depan ruang check in, keduanya berhenti. Marco, Zahra, Langen, dr. Reva, Alia, dan Alisha telah menunggu mereka.

Well, aku harap honeymoon kalian menyenangkan.” Alia berkata pada Najwa dan Gabriel. “Thanks, Alia.”

“Gabriel, jagalah Kak Najwa selama bulan madu nanti.” Alisha berpesan.

“Iya, Alisha. Jangan khawatir.” Gabriel berkata menenangkan.

“Kamu beruntung, Najwa. Bukan hanya teman-teman priamu yang menyayangimu, tapi juga teman-temanmu yang perempuan. Alisha saja sampai protektif begitu,” tukas Langen.

“Wajar, Langen. Kita semua kan sayang Najwa. Apa lagi sekarang dia jadi sepupu saya juga,” Marco menanggapi.

Tak lama, Najwa dan Gabriel beranjak menuju ruang check in. Zahra dan dr. Reva maju. Memeluk Najwa lalu menjabat tangan Gabriel.

Lihat selengkapnya