Pada akhirnya, Najwa berhasil diyakinkan untuk menerima semua pemberian Gabriel di surat wasiat itu. Dan beruntung ia tipikal perempuan bermental kuat. Sehingga dengan cepat ia bangkit dari kesedihannya.
Sekarang ini Najwa tengah fokus merencanakan sesuatu. Apa lagi kalau bukan kejutan untuk tanggal 12 Februari, hari istimewa suaminya. Najwa tak ragu meminta saran dari para sahabat yang lain. Mereka pun dengan senang hati memberi saran dan mau membantunya menyiapkan surprise.
Seperti sore ini, Najwa mengajak sahabat-sahabatnya berkumpul di cafe dekat Gazanesia Corp. Mereka merencanakan surprise untuk Gabriel.
“Aku benar-benar bingung. Kalian punya ide?” Najwa mengakhiri curhatnya, kebingungan.
“Hmm...gimana, ya? Sebenarnya, Gabriel yang pintar kalau masalah seperti ini. Tapi kita kan nggak mungkin minta saran dia sekarang.” Marco mengerutkan kening, memainkan potongan strawberry cheesecake-nya.
“Gimana kalau candle light dinner?” usul Zahra.
“Itu sudah mainstream. Lagi pula Gabriel lebih suka berbagi kebahagiaan dengan banyak orang, terlebih orang-orang yang disayanginya.”
“Jadi, Kak Najwa mau yang anti mainstream?” tanya Alia dan Alisha.
“Bukan begitu Alia, Alisha.” kata Najwa buru-buru,
“Aku ingin Gabriel melewati hari bahagia itu bersama semua orang yang disayanginya.”
Sesaat hening. Tiba-tiba saja Langen berseru gembira,
“Aku punya ide!”
“Apa idenya? Apa?” sambut mereka excited.
“Tapi...” Langen menatap wajah-wajah antusias di sekelilingnya. Seringai jail menghiasi wajahnya. “Ada yang harus jadi korban. Siapa yang mau jadi korban?”
“Saya,” Marco mengajukan diri dengan berani, meski ia belum tahu rencana Langen.
“Jangan. Kamu sepupu Gabriel, dia takkan semudah itu percaya.”
“Bagaimana kalau aku?” Oki mengusulkan, penasaran dan tertantang.
“Apa lagi kamu! Kamu kan sahabat karibnya Gabriel. Ia lebih tak percaya lagi.”
Mereka makin dibuat penasaran dengan ide Langen. “Bolehkah aku jadi korbannya? Dan apa idemu yang sebenarnya, Langen?” giliran Kalis yang mengajukan diri.
“Maaf Kalis, kamu nggak bisa. Kamu kan punya Alisha. Selain tampan dan populer, korbannya harus single.”
Pandangan mereka jatuh pada Anjas. Langsung saja mereka berseru penuh kemenangan. Anjas yang memenuhi kriteria itu.
“Baiklah, baiklah. Aku mau jadi korban. Ini demi Najwa dan Gabriel.”
Semua orang di meja itu bersorak. Berterima kasih pada Anjas karena mau menjadi korban dan memuluskan rencana.
**
Pagi tanggal 12 Februari tiba, membawa cuaca dingin dan langit mendung. Gabriel terpaksa melewatkan breakfast-nya sendirian. Najwa telah berangkat ke kantor usai shalat Shubuh tadi. Ada banyak pekerjaan yang mesti diselesaikan katanya.
Baru saja Gabriel menandaskan Earl Grey-nya, bel pintu berdering. Ia bangkit dan melangkah ke ruang tamu. Pintu pun terbuka.
“Dani?” Gabriel menyapa, senang dan keheranan pada saat bersamaan.
“Ayo masuk...”
“Nggak usah, di sini saja.” tolak Dani dingin.
Gabriel menghela nafas, lalu berjalan ke teras. Menarik kursi rotan ke sebelah kiri kursi roda Dani dan mengenyakkan diri di sana.
“Ada apa?”
“Aku mau menunjukkan ini. Jangan kaget ya...”
Gabriel menerima kamera digital yang diulurkan Dani. Membuka file-file foto seperti yang diinstruksikan pria itu. Sesaat terpana, mata beningnya melebar tak percaya. Terlihat foto-foto Najwa sedang berpelukan mesra dengan Anjas. Tak hanya satu-dua, melainkan banyak sekali foto itu. Dan Gabriel tahu persis, semua foto itu bukan hasil editing dari Photoshop, Correl Draw, dan software editing foto lainnya.
“Dani...apa maksudnya semua ini?” tanya Gabriel setenang mungkin.
“Najwa, Peri Kecilmu, istri tercintamu, selingkuh dengan sahabatmu sendiri.”
Jawaban Dani sontak membuat jantung Gabriel bagai berhenti berdetak. Bagaimana bisa...?
“Impossible,” gumamnya tanpa sadar.
“Terserah kalau kamu tak percaya. Datang saja ke kantormu agar kamu bisa melihat sendiri. Mereka on the way ke sana soalnya.” balas Dani tak peduli.
“Mau apa mereka ke Bestfriend Management?” tanya Gabriel lagi, menggenggam erat kamera di tangannya yang rapuh.
“Mau memberi pengakuan langsung padamu kalau selama ini mereka selingkuh,” tandas Dani.
Ini tak bisa dibiarkan. Gabriel takkan percaya sebelum melihatnya sendiri. Rasanya sulit membayangkan Peri Kecilnya berselingkuh. Ya Tuhan, apakah Najwa benar-benar mendua? Apakah ia telah mencintai wanita yang salah? Namun betapa pun kacaunya perasaan Gabriel, ia tetap tenang. Masih tersimpan pikiran positif. Siapa tahu ini kekeliruan. Siapa tahu mereka sedang diprovokasi oleh orang luar yang membenci pernikahan mereka. Ya, segala kemungkinan bisa terjadi.
**
Gabriel menutup pintu mobilnya. Melangkah tergesa memasuki kantor. Sejumlah karyawan yang berpapasan dengannya menatapnya sedih. Apakah berita ini telah menyebar? Stay positive, bisik hati kecil Gabriel. Semuanya akan baik-baik saja. Pasti ini hanya kekeliruan.
Dengan tangannya yang makin rapuh, ia membuka pintu. Dihelanya nafas, bersiap menerima segala kemungkinan. Apa yang ia lihat saat pintu mengayun terbuka menghempaskannya dalam kekagetan. Anjas dan Najwa berdiri berpelukan di tengah ruangan. Keduanya saling tatap, nampak begitu erat dan romantis.
“Hai, Gabriel. Akhirnya kamu datang.” kata Anjas tanpa rasa bersalah.
Di sampingnya, Najwa tersenyum. Lembut mengusap pipi Anjas. Demi melihat itu, Gabriel memejamkan mata. Perih menyayat batinnya. Tidak mungkin, ini mustahil.