Apa kabar, pemirsa? Kembali kami menyapa Anda dalam program infotainment Kabar Kabur. Ada banyak kabar dari dunia selebritas untuk Anda. Nah, ada yang unik nih pemirsa. Meskipun kami sudah tayang dengan nama Kabar Kabur sejak tiga tahun lalu, baru kali ini kami meliput tentang seorang artis yang kabur dari suatu acara. Siapakah dia? Setelah yang mau lewat berikut ini dulu ya.
Seorang pria yang sudah berumur dengan kumis tebal dan janggut panjang mematikan tayangan televisi. Pria itu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia menengok satu-satu wajah karyawan yang semuanya diam seribu bahasa. Mereka terlihat sibuk bekerja, - atau sebenarnya pura-pura sibuk bekerja -, di ruang kantor yang tidak dapat dikatakan luas itu.
Tiba-tiba, pintu masuk ruangan itu berderit. Dalam suasana sunyi senyap, suara yang diakibatkan pintu tersebut pun seolah-olah memekakkan telinga. Seorang perempuan bertubuh kecil, memakai kemeja kotak-kotak sebagai baju luar, celana jins, dan sepatu Converse yang beberapa bagiannya sudah sobek-sobek.
“RUNA!” teriak si pria berkumis tebal. “Ke ruangan saya!”
Seluruh karyawan di ruangan tersebut saling bertatapan satu sama lain. Begitu wanita yang dipanggil Runa mengikuti langkah pria berkumis tebal, para karyawan tersebut langsung bisik-bisik bergosip.
***
Ruangan yang Runa masuki adalah kantor atasannya, Pak Lubis. Pada dinding ruang kerja bosnya itu, ada plang nama kantor tempatnya bekerja. Pasadena Media.
“Kau ini bisa kerja, tidak?” tanya Pak Lubis dengan suara keras.
Terus-terang, Runa tidak mengerti arah pembicaraan atasannya itu. Apakah ia dimarahi karena datang terlambat? Tapi, regulasi di kantor mereka membolehkan hal tersebut apabila karyawan lembur sampai jauh malam di hari sebelumnya.
“Lho, saya kan sampai pagi di Apresiasi Musik Indonesia, Pak,” jawabnya membela diri.
“Nah, terus, ngapain saja kau di sana?”
“Ya meliput dong, Pak. Kan kalau pulang malam sehabis liputan, boleh datang terlambat.”
Pak Lubis tidak segera memberikan reaksi atas pembelaan Runa itu. Laki-laki itu beranjak untuk duduk di kursi kerja miliknya yang empuk.
Apakah sebaiknya Runa ikut duduk dan berhadap-hadapan dengan Pak Lubis atau sebaiknya ia berdiri saja? Runa jadi serba salah. Tapi yang ia tahu, Runa tidak terima disalahkan karena datang siang hari ini. “Video dan skrip hasil liputan juga sudah saya kasih ke bagian editing, kok, Pak,” katanya.
“Video bergiga-giga yang tidak berguna itu?” sindir Pak Lubis seraya memainkan kumisnya.
“Maksudnya, Pak?”
“Kau tidak lihat hasil liputan media lain? Berita tentang Prima Utama viral di mana-mana!” cerocos Pak Lubis dengan nada suara yang meninggi.