“Sam, ada plan B apa? Kenapa aku nggak dikasih tahu?”
“Aku ini manajer kamu. Selalu ada plan A, plan B, sampai Z kalau perlu. Plan B-nya ya tidak tampil gothic.”
“Itu bukan plan B!” jerit Prima. Ia pikir manajernya ini adalah sosok yang paling pintar sedunia. Dari tadi, apa yang disampaikan oleh pria itu adalah “Lupakan tampil gothic” yang sama sekali bukan solusi.
“Prima, aku sudah hubungi –
“Mau kamu telepon presiden sekalipun, mana mungkin –
“Panitia acara sudah setuju –
“Aku berdiri di panggung dengan keadaan seperti ini –
“Semuanya diubah. Bahkan aku pikir ini akan jadi lebih elegan karena –
“Penuh keringat dan lusuh –
“Kamu akan menjadi peri perdamaian!”
Mendadak, ruang rias itu senyap. Mata bulat Prima menatap Sam lekat-lekat. Yulia dan Meisye masih meringkuk di sofa.
“Duetmu sama Dewa Tanpa Nomor nanti kan judul lagunya Armada Cinta. Dengan makeup kamu sekarang, konsepnya malah makin cocok. Para personel band sudah tampil ala rocker. Kamu akan berbeda sendiri. Kamu seperti dreamy girl yang menyebarkan cinta dan kedamaian.”
Terus-terang, Prima suka dengan ide Sam. Rias wajah yang gelap sejatinya tidak cocok dengan kepribadiannya. Tapi, jika ia hanya tampil cantik, -walaupun katanya seperti peri yang menebarkan cinta-, ia tidak akan menonjol dari semua penyanyi perempuan yang datang malam itu.
“Tapi, ada satu yang aku perlu persetujuanmu.”
“Apa?” tanya Prima.
“Aku ingin kamu muncul dengan ditarik sling di udara, mengelilingi seluruh arena.”
Prima terdiam.
“Iya, aku tahu. Itu bahaya. Aku juga sudah bilang begitu sama produsernya. Mereka memang meyakinkan kalau fasilitas itu aman, sudah diuji coba oleh salah satu kru. Aku akan bilang No –
“Oke.”
“Apa?” tanya Sam yang kebingungan.