Lovetainment

SURIYANA
Chapter #11

11. Tentang Keinginan

Halo halo! Begitu banyak kisah-kisah selebriti minggu ini, ya Tundra?

Iya, Rari. Salah satunya dari diva peraih tiga penghargaan dari acara Penghargaan Musik Indonesia, Prima Utama.

Dia pinjem kosmetik siapa lagi kali ini?

Ha ha… bukan, Rari. Kali ini Prima tidak meminjam kosmetik siapa-siapa. Kabarnya nih, Prima dan Beril sedang dekat, lho….

Ah, masa?

Iya, mereka kan datang bersama waktu di acara Apresiasi Musik Indonesia. Sejak itu, keduanya sering terlihat jalan bareng.

Mungkin kali ini Beril yang meminjam kosmetik Prima Utama…. Ha… ha… ha.

Jadi, jangan ke mana-mana. Tetap di InSes, informasi semua selebriti!

Layar teve yang tersedia di ruang tunggu Transjakarta menyajikan tayangan infotainment. Meskipun, topik utamanya bukan perihal peminjaman kosmetik, namun narasi yang dilayangkan oleh program tersebut terkesan mencemooh Prima Utama.

Dwi meremas-remas tangannya. Ia bertambah takut menghadapi bosnya itu.

Mendadak, telepon genggamnya berdering. Ia tersenyum sewaktu melihat identitas penelepon. Untunglah, sosok yang tadi ia minta datang untuk menjemputnya telah datang. Dwi bergegas ke luar dari halte Transjakarta.

Mobil Suzuki Baleno berwarna merah sudah terparkir di sebuah gedung yang paling dekat dengan halte Transjakarta tempat Dwi menunggu tadi. Di sebelahnya, ada Sam. Ya, manajer Prima Utama itu yang ia telepon tadi.

Dwi memutuskan bahwa sebelum menghadapi atasannya, ia perlu menceritakan apa yang terjadi tadi malam kepada laki-laki itu. Selama ini, ia melihat Sam cukup bijak dengan situasi apapun yang terjadi di sekitar Prima. Lagi pula, ia memerlukan bantuan pria itu untuk mejemput koper yang berisi produk-produk tata rias milik Prima Utama yang ia titipkan di rumah Santi.

“Mau cerita?” tanya pria itu sebaik Dwi mendekati dan memeluknya singkat.

***

Di ruang redaksi Pasadena Media, Bhisma terdiam cukup lama begitu mendengar pertanyaan Runa.

“Kalau nggak mau cerita, nggak apa-apa,” kata wanita itu akhirnya.

Bhisma menyisir rambut dengan jari-jarinya, lalu menjawab, “Bukan nggak mau cerita, tapi gue belum merasa pantas untuk disebut wartawan.”

“Lho?”

“Yang gue lakukan cuma pegang kamera.”

“Wartawan itu, kan, orang yang menyampaikan warta. Lo melakukannya dalam bentuk gambar bergerak. Tetap saja wartawan.”

Lihat selengkapnya