Lubang di Daster Ibu

Edelmira (Elmira Rahma)
Chapter #8

Banyak Menuntut

“Aku … tidak sanggup berdiri,” ucap Lita dengan lirih tidak lama setelah pendarahan dari hidungnya berhenti. Kini ia masih terduduk di atas lantai dapur, bersandar lemah ke dinding. Di sampingnya, Ranti terus saja memijat tangannya dengan ragu. Jelas sekali bahwa ibunya itu tidak tahu pasti apa yang harus dilakukan.

Tyas menghela napas lelah. “Kalau begitu, diam di sini dulu beberapa menit sampai tenagamu pulih.”

“Tapi di sini dingin dan lembap.”

“Akan kuambilkan selimut dan baju ganti.”

“Tidak usah.” Ranti memotong pembicaraan di antara kedua anak gadisnya. “Biar Ibu gendong Lita ke kamar.”

Tentu saja ucapan Ranti membuat Tyas meradang. Gadis tomboi itu berdiri dengan bersedekap dada. Kedua matanya memicing tidak suka. “Dia sudah besar, Bu. Ibu tidak perlu melakukan itu.”

“Kalau begitu, kamu bantu Ibu menuntunnya.”

“Ibu!”

“Bisakah kalian cepat putuskan?” sela Lita yang kini memijat keningnya sendiri sambil mengerutkan wajah. Sesekali bibir pucatnya meringis, mengeluhkan bagaimana pandangannya terasa berputar. “Aku sungguh tidak tahan lagi berada di sini.”

“Kalau begitu pulanglah ke rumah mewah Nek Batari!” Tyas berteriak frustrasi. Bukan hanya karena amarah, tetapi juga kekhawatiran. Melihat wajah Lita yang pucat pasi membuatnya ingin segera membawa sang adik ke Rumah Sakit, sayangnya hal itu tidak mungkin mengingat keuangan mereka yang tidak stabil. Satu-satunya solusi yang terpikirkan oleh Tyas hanyalah mengembalikan Lita kepada Nek Batari.

Lita tidak mampu membalas ucapan Tyas dan hanya sibuk mengatur napasnya yang tersengal. Buru-buru Ranti meraih salah satu tangan anak bungsunya itu lalu melingkarkannya ke pundak. Ia membantu Lita untuk berdiri dan berjalan satu langkah demi satu langkah tanpa memedulikan Tyas yang terus saja melayangkan protes. Anak sulungnya itu hanya mengkhawatirkan dirinya, Ranti tahu betul itu. Namun, tidak ada yang lebih penting dari kebutuhan Lita yang sedang tidak sehat saat ini.

Tubuh Ranti yang juga kurus seperti Lita membuatnya sedikit kesulitan untuk menuntun gadis itu. Berkali-kali mereka berdua terhuyung dan hampir terjatuh, hingga akhirnya Tyas terpaksa membantu dengan meraih tangan Lita yang lain. Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kamar Ranti yang berada paling dekat dengan dapur.

“Tunggu. Jadi, Ibu bakal tidur di mana?” tanya Tyas setelah Lita berbaring di atas kasur Ranti dengan mengenakan baju bersih.

“Ibu akan tidur bersama Lita sambil menjaganya,” jawab Ranti dengan yakin.

“Ibu yakin? Jangan lupa, besok Ibu berangkat kerja pagi-pagi sekali. Ibu tidak boleh begadang malam ini.”

“Tidak apa-apa, cuma sementara. Lita membutuhkan Ibu saat ini. Besok pagi kita rapikan kamarmu untuk kalian tempati berdua.” Ranti memandang Lita yang terus mengubah posisi tidurnya. Menyadari tengah diamati, gadis itu lantas berhenti dan balas menatap sang ibu.

Apa yang diucapkan Lita kemudian sungguh membuat Ranti dan Tyas terkejut.

Lihat selengkapnya