Lubang Kunci

Randy Arya
Chapter #2

Penyelidikan

Dirgahari Pratama, adalah salah satu anggota kepolisian. Pria berusia 31 tahun itu sudah menjalani karier polisinya selama 5 tahun. Ia yang mendapat telepon pertama kali tentang penemuan mayat di pinggir jalan suatu pagi.

Begitu menerima telepon tersebut, Dirga dan beberapa anggota kepolisian lainnya langsung memburu lokasi yang disebutkan. Di jalan, ia menelepon Billy dan juga Marik untuk menyusul.

Begitu tiba di lokasi, hal yang dilihat Dirga pertama kali adalah sebuah mobil sedan Honda Civic hitam keluaran terbaru. Seorang pria berdiri di samping mobil itu dengan wajah pucat dan ketakutan.

Dirga memarkir mobilnya persis di belakang mobil sedan hitam itu. Ia keluar dan disusul oleh anggota polisi lainnya. Tak lama, Billy tiba di lokasi tersebut.

Dirga menghampiri pria paruh baya yang berdiri di samping mobil sedan hitam itu. Sebelumnya ia sempat melirik kondisi mobil itu. Dari luar, mobil itu tampak biasa-biasa saja. Dari kaca jendela tampak seseorang sedang terduduk di kursi pengemudi. Tapi karena kaca jendela yang gelap membuat kondisi pengemudi itu tak begitu jelas.

"Bagaimana kronologisnya Pak?" tanya Dirga pertama kali.

"Tadi saya bejalan ke pinggir jalan ini untuk menunggu bus menuju daerah perbatasan Pak. Tapi saya melihat mobil itu, tak kunjung bergerak," ungkap pria paruh baya itu. "Pada awalnya saya pikir dia hanya parkir dan saya mencoba mengabaikan. Tapi pada akhirnya, saya melihat tetesan darah dari sudut pintu pengemudi mengenai aspal. Disitulah saya mengira ada yang tidak beres. Saya memberanikan diri mendekat dan mengintip ke dalam lewat kaca jendela. Dan saya kaget sekali melihat kondisinya..." sambung pria itu terhenti. Seolah tak sanggup meneruskan kata-katanya. Ia menutup bibirnya dan menggeleng lemah.

Dirga menghela napas dan memerintahkan beberapa polisi untuk memeriksa kondisi di dalam mobil. Iapun ikut melihat setelah mengucapkan terimakasih kepada pria paruh baya tadi.

Semua polisi itu sempat dibuat kaget ketika melihat kondisi tubuh tak bernyawa yang duduk di kursi pengemudi itu. Perut dan dadanya sobek, seperti bekas tusukan benda tajam. Darah dari bekas luka itu masih menetes memenuhi jok hingga menetes ke lantai mobil dan turun ke aspal. Diduga, darah itulah yang tadi dilihat si pria paruh baya.

Cipratan darah juga mengenai persneling, setir, dasbor dan kaca depan mobil. Lidah mayat itu juga terjulur keluar seperti dicekik. Di duga itu diakibatkan oleh lilitan seat belt yang masih melilit lehernya. Matanya juga melotot.

"Periksa semua benda yang ada di mobil. Siapa tahu ada kartu identitas atau lainnya yang bisa mengidentifikasi korban," ujar Dirga selaku pimpinan.

"Siap," jawab salah satu polisi dan mengecek tas jinjing yang ada di jok samping. Di dalamnya ditemukan dompet yang berisi KTP, Kartu Kredit, dan ATM serta sejumlah uang tunai. Dari KTP itulah diketahui bahwa korban bernama Bondi Suganda, berusia 47 tahun.

"Bondi Suganda..." gumam Dirga membaca nama yang tertera di KTP tersebut. Billy menghampiri pria itu.

"Coba aku cek datanya berdasarkan nomor KTP dan juga kartu kreditnya," ucap Billy pula.

"Ya," jawab Dirga memberikan KTP dan juga kartu kredit yang ditemukan di dalam dompet korban. Sementara Billy mengecek, Dirga mendekat pada beberapa polisi yang kini sedang mengecek sidik jari yang menempel di mobil dan juga memotret kondisi korban.

"Telepon pihak forensik," perintah Dirga pada salah satu polisi.

"Siap," jawab sang polisi yang diperintahkan. Ia langsung menelepon petugas forensik melalui telepon selulernya.

Sekitar dua puluh menit kemudian, Billy kembali mendekati Dirga. Pria itu sedikit terjingkat ketika Billy menepuk pundaknya.

"Berdasarkan data kartu kreditnya, korban adalah seorang manager di sebuah kafe. Kafe tersebut bernama Kafe Gemilang. Ia sudah bekerja selama 5 tahun disana," ungkap Billy.

"Kafe Gemilang?" bisik Dirga mengulang.

"Ya. Aku juga sudah melepon rekan di kantor untuk mengecek CCTV jalanan untuk melihat mobil ini berkendara darimana. Dan ternyata benar, mobil ini berkendara dari kafe tersebut sekitar pukul 9 malam," lanjut Billy.

Tak lama setelahnya, barulah Marik tiba di lokasi dengan mobilnya. Pria itu langsung membaur dengan para rekannya yang sudah lebih dulu tiba di lokasi. Selang beberapa menit setelah kedatangan Marik, tim forensikpun tiba di lokasi kejadian. Mayat Bondi dipindahkan kedalam ambulance untuk kemudian di autopsi agar mengetahui penyebab kematiannya.

Tanpa disadari para polisi itu, di balik sebatang pohon, ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka. Tersungging senyum di sudut bibir orang tersebut. Tak lama, ia memakai hoodie-nya dan melangkah pergi.

Lihat selengkapnya