Lubang Kunci

Randy Arya
Chapter #4

Asuransi Jiwa

Pemakaman Bondi Sugandapun dilaksanakan. Jihan dan Quinn berderai air mata menyaksikan jasad lelaki itu. Pemakaman itu juga dihadiri oleh Dirga dan para pegawai Kafe Gemilang, termasuk Dewa. Semua memberikan ucapan belasungkawa terhadap Jihan dan Quinn.

"Yang sabar ya Bu," ucap Dewa ketika bersalaman dengan perempuan itu. Jihan membalasnya dengan senyuman getir dan linangan air mata.

"Terimakasih ya," jawab Jihan. Dewa juga memberikan ucapan yang sama terhadap Quinn yang berdiri di samping perempuan itu. Namun, ketika mereka bersalaman, lagi-lagi ekspresi wajah Quinn dan Dewa agak berbeda. Dan perubahan itu lagi-lagi ditangkap oleh Tessa yang berdiri di belakangnya.

Setelah mengucapkan belasungkawa terhadap ibu dan anak itu, Dewa beranjak pergi. Tessa mengikutinya dari belakang setelah melakukan hal yang sama.

"Hei..." seru Tessa menyamai langkah pemuda itu berjalan meninggalkan pemakaman.

"Hai," balas Dewa tanpa menghentikan langkahnya.

"Kulihat kau punya tatapan yang berbeda terhadap putri Pak Bondi. Ada apa?" tanya Tessa tanpa basa basi. Mendengar pertanyaan itu, Dewa terlihat agak salah tingkah.

"Ah, itu hanya perasaanmu saja," kilah Dewa setelah mengusap keningnya. Namun Tessa melihat bahwa ia salah tingkah dan mulai tak nyaman.

"Hei..." tiba-tiba Gabriel datang menyusul mereka. Pemuda itu bahkan merangkul bahu Dewa dan menyamai langkahnya.

"Kalian merasa aneh tidak dengan Bu Jihan?" bisik Gabriel pula. Dewa dan Tessa menoleh pada pemuda itu dengan kening berkerut.

"Maksudmu aneh bagaimana?" tanya Dewa.

"Aku dengar-dengar, katanya beliau melarang polisi untuk mengautopsi jasad Pak Bondi," bisik Gabriel lagi dengan suara yang sangat pelan.

"Mungkin dia punya alasan sendiri," tukas Dewa. "Sudahlah, kau bergosip saja."

"Eh, aku bukan bergosip. Tapi itu faktanya. Apa alasannya coba? Suaminya mati dengan cara tidak wajar tapi dia malah melarang untuk melakukan autopsi. Padahal dengan autopsi, itu adalah salah satu langkah untuk menyelidiki penyebab kematiannya," ungkap Gabriel pula.

"Ah sudahlah aku tidak mau ikut campur urusan pribadi beliau. Biarlah Pak Bondi istirahat dengan tenang," tukas Dewa dan berjalan lebih cepat mendahului kedua temannya itu. Setelah tiba di parkiran, pemuda itu segera menaiki sepeda motornya dan bergegas meninggalkan area pemakaman. Gabriel dan Tessa menatap kepergiannya sambil termangu.

-------------------------------

Setelah kembali ke kantornya, Dirga mendengus gusar. Ia masih bingung dengan kasus yang sedang diselidikinya ini. Oh iya, ia harus menghubungi Marik atau Billy untuk menanyakan soal Nathan. Sebab ia menaruh curiga terhadap pemuda itu setelah melakukan interogasi kemaren. Dewa berkata bahwa pada malam kematian Bondi, ia ditugaskan Bondi untuk mengantarkan surat pemecatan kepada Nathan di rumah sakit. Apakah pemuda itu yang menghabisi nyawa Bondi karena kesal di putus kerja secara sepihak?

Untuk memastikan, Dirga langsung menghubungi rekan sejawatnya itu. Setelah mendengar nada sambung, akhirnya Marik menjawab teleponnya.

Lihat selengkapnya