Setelah mengintip dari lubang kunci dan akhirnya membuka pintu, Dewa terbelalak menatap kondisi kamar kosnya. Beberapa benda yang ada di dalam kamar itu jatuh ke lantai. Seperti koleksi buku yang ia susun di rak, lalu foto mendiang ibunya yang ia letakkan di samping TV. Jendela kamar juga terbuka dan angin bertiup dari luar menggoyang-goyangkan gorden di jendela itu.
Dewa mengerutkan kening dan mengambil sapu di belakang pintu untuk ia jadikan senjata. Kalau-kalau ada orang yang sudah menyelinap masuk ke dalam kamarnya.
Sambil memegang sapu ia melangkah pelan ke dekat jendela dan melongok keluar. Tak ada siapa-siapa disana. Dewa dengan cepat menutup jendela kamarnya lagi dan menguncinya.
Setelahnya, ia mengeluarkan ponsel dari sakunya kembali. Ia tadi belum sempat membalas pesan dari Quinn. Mungkin sebaiknya ia langsung telepon saja gadis itu, pikirnya. Maka, dengan cepat ia menelepon kontak bernama 'Q' itu.
"Halo..." sapa Quinn dari seberang.
"Sepertinya ada seseorang yang menyusup ke kosku," bisik Dewa sembari merapikan kembali peralatan yang berserakan di lantai itu.
"Maksudmu bagaimana?" tanya Quinn. Nada bicaranya terdengar cemas sekaligus bingung.
"Tadi aku mendengar bunyi-bunyi di dalam kamar. Lalu ketika aku masuk, kondisi kamar sudah berantakan dan jendela terbuka," ungkap Dewa pula.
"Kau sudah cek CCTV?"
"Belum. Aku masih sibuk memperbaiki barang-barang yang berantakan," jawab Dewa sambil terus menyusun buku dan foto mendiang ibunya. Ketika melihat foto sang ibu, ada segurat luka di dadanya.
Dewa jadi teringat akan masa kecilnya. Ia sering mengintip ibunya dari lubang kunci pintu kamar, sedang menangis tersedu, atau terkadang sedang beradu mulut dengan seseorang di telepon. Dewa tahu, yang berbicara dengan sang ibu di telepon itu adalah ayahnya. Ayah yang sudah meninggalkannya sejak masih dalam kandungan.
Lamunan Dewa terhenti ketika suara Quinn menginterupsinya lagi.
"Ya sudah, sebaiknya kau cek CCTV sekarang," ujar gadis itu.
"Iya," jawab Dewa dan bergegas keluar dari kamarnya, mengunci pintu dan berlari menuju kamar pengurus kos. Diketuknya pintu kamar itu perlahan, namun tak ada sahutan. Untuk memastikan, Dewa mengintip dari lubang kunci apakah ada orang atau tidak di dalam. Namun persis disaat itu, pintu terbuka dan seorang pria muda yang kira-kira berusia 30 tahun muncul dari balik pintu.
"Ada apa intip-intip?" tanya pria itu.
"Eh, maaf Bang ganggu malam-malam. Saya mau menanyakan apakah tadi ada orang asing datang kesini? Soalnya, kamar kos saya berantakan dan jendelanya terbuka," ungkap Dewa.
"Tidak ada," sahut si pengurus.
"Boleh lihat rekaman CCTV Bang?"
"Sebentar," ucap si pengurus lalu mengunci pintu kamarnya dan berjalan pelan menuju sebuah ruangan lain di dekat pagar. Dewa mengikutinya. Ruangan itu adalah ruangan CCTV kos tersebut. Dari rekaman yang terlihat, memang tidak ada orang yang masuk ke kamar Dewa. Baik dari pintu ataupun dari jendela kamar tersebut. Namun, jendela memang sudah terbuka dari pagi.