Jihan menelan teh manis yang disuguhkan Dirga di hadapannya, sedikit. Setelahnya, ia kembali menatap sang polisi sambil tersenyum kaku. Sementara Dirga sendiri tidak tersenyum sama sekali. Ia terus memperhatikan reaksi wajah Jihan secara seksama.
Setelah beberapa menit duduk berhadapan dan saling berdiam diri di ruang interogasi, akhirnya Dirga memutuskan untuk memulai obrolan. Ia menghela napas sejenak, memperbaiki letak duduknya, baru mulai bersuara.
"Jadi, Ibu sama sekali tidak terkejut dengan kasus ini?" tanya Dirga. Jihan mengambil selembar tissue dan mengelap bibirnya yang basah sejenak, sebelum menjawab.
"Kasus apa Pak?"
"Jasad anak Anda hilang!" ucap Dirga lantang. Sebab Jihan seperti orang yang kurang serius menanggapi hal ini. Itu semakin menambah kecurigaan Dirga kepadanya.
"Oh... Ya. Tentu saja saya terkejut," ucapnya. Namun ucapannya itu seolah tak serasi dengan reaksi yang ia tunjukkan.
"Maaf Bu Jihan, sepertinya Anda dalam pengaruh zat tertentu," ucap Dirga lagi sebab gestur Jihan sangat tak nyaman dan matanya agak meredup dari biasanya.
"Maksudnya?" tanya Jihan.
"Apa Anda baru saja mengkonsumsi alkohol atau zat adiktif tertentu?"
"Oh... Ya, cuma alkohol dalam jumlah yang masih wajar," jawab Jihan. "Kenapa pertanyaan jadi berbelok pada saya ya?"
Dirga kembali menghela napas sebelum berbicara. "Jasad Quinn Mindy, putri Anda, hilang dari laboratorium forensik sebelum sempat di autopsi," ucapnya.
Jihan lagi-lagi tak memperlihatkan ekspresi keterkejutan. Ia tampak tenang dan sesaat kemudian tersenyum. Namun senyum yang agak ganjil. Senyum ganjil itu diikuti oleh deraian gelak tawanya yang bernada sarkas.
"Dia memang pintar," ucap perempuan itu kemudian. "Bahkan polisipun mampu dia kelabui," sambungnya.
Mendengar kalimatnya itu, tentu saja Dirga mengerutkan kening. Ia tak mengerti maksud dari ucapan Jihan.
"Maksud Anda?" tanyanya serius.
"Quinn itu adalah orang yang sangat manipulatif. Bahkan saya sendiri, ibu kandung yang mengandung dan melahirkannya ke dunia, kadang tak bisa menebak jalan pikirannya," ungkap Jihan. Ia meneguk teh manisnya lagi sedikit. Sepertinya gelak tawa barusan membuat kerongkongannya terasa kering.
"Keluarga Anda terdengar seperti keluarga yang cukup problematik," komentar Dirga setelah Jihan meletakkan gelasnya.
"Bukan cukup, tapi sangat problematik," koreksi Jihan.
"Kalau begitu, tidak mengherankan jika saya melihat Anda bersama pria lain sehari setelah kematian suami Anda," ucap Dirga lagi. Ia langsung mengeluarkan kameranya dan memperlihatkan hasil jepretannya kepada Jihan. Di kamera itu terlihat Jihan bersama Hendrik dalam beberapa momen. Mereka tampak mesra layaknya pasangan suami istri.
Deg, jantung Jihan seolah ditekan ketika ia melihat foto Hendrik di kamera sang polisi. Sebab, ia tahu betul kalau Hendrik adalah orang yang seharusnya di tangkap oleh polisi.
Perubahan ekspresi wajah Jihan tentu saja ditangkap jelas oleh Dirga. Ia mengerutkan kening sebab Jihan terlihat bukan hanya terkejut karena perselingkuhannya terbongkar, tapi ada hal lain yang seperti disembunyikan oleh perempuan itu.
"Siapa pria ini?" tanya Dirga pula.