Lubang Kunci

Randy Arya
Chapter #15

Interogasi Babak 2

Langit jingga sore berubah redup dan menggelap. Lampu-lampu kota mulai menyala. Seolah serasi dengan taburan bintang di langit kelam.

Di Kafe Gemilang, Dewa duduk termenung di salah satu kursi. Tatapannya nanar memandangi meja dan kursi yang kosong di seantero ruangan. Kafe ini benar-benar sepi seperti kuburan. Tapi sebetulnya yang dipikirkan Dewa bukanlah perkara kafe ini. Melainkan tentang obrolannya dengan Tessa pagi tadi. Ia terpaksa mengakui bahwa ia memiliki hubungan spesial dengan Quinn kepada gadis itu. Tentu hal itu membuat Dewa resah. Sebab, semakin banyak yang tahu, itu semakin membuat Dewa merasa tak nyaman.

Gabriel dan beberapa karyawan lainnya sedang bercakap-cakap di ruang belakang. Tiba-tiba mata pemuda itu tak sengaja melihat Dewa yang duduk sendirian. Iapun beralih pada rekannya itu. Ia menepuk pundak Dewa hingga membuat pemuda itu agak terjingkat.

"Eh, kau..." bisik Dewa memperbaiki sikap.

"Kau tidak berpikir akan resign juga seperti Tessa, bukan?" tanya Gabriel sambil ikut duduk di samping pemuda itu.

"Entahlah," jawab Dewa angkat bahu. "Kau sendiri, apa kau masih akan bertahan disini dalam kondisi seperti ini?"

"Yang penting kita masih digaji," tukas Gabriel. "Toh bukan salah kita juga kafe jadi seperti ini, bukan?"

"Pikiran realistis," komentar Dewa.

"Jelas. Daripada berpikir hal aneh macam Tessa yang menganggap Pak Hendrik pesugihan dan yang mati adalah tumbal. Pikiran kolot," ucap Gabriel.

"Gab..." seru Anjas tiba-tiba, dari ruang belakang. Gabriel dan Dewa sontak menoleh pada pemuda itu yang kini tampak memegang ponselnya.

"Kenapa Jas?" tanya Gabriel.

"Kau tidak baca grup?"

"Baca grup Gab!" seru yang lain pula. Gabriel bingung lalu dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp. Benar saja, ada satu pesan di grup kerjanya. Dewapun penasaran dan melakukan hal yang sama. Rupanya, pesan tersebut dari Tessa.

Guys, melalui pesan ini aku mau minta maaf jika ada perbuatan atau ucapanku yang kurang pantas selama bekerja. Dan sebelum keluar atau di kick dari grup ini, aku mau menyampaikan satu hal. Ini bukan gosip karena ini keluar dari mulut yang bersangkutan langsung. Ternyata, selama ini Dewa berpacaran dengan Quinn, anak Pak Bondi.

Demikian isi pesan itu dan detik berikutnya Tessa keluar dari grup tersebut. Setelah membaca pesan tersebut tentu saja Gabriel terbelalak. Apalagi Dewa. Ketika ia mengangkat wajahnya kembali, semua tatapan tertuju padanya.

"Is that true?" seru Gabriel seolah meminta kepastian dari Dewa. Tatapan matanya penuh selidik. Begitu pula Anjas dan karyawan lainnya yang berdiri di ruang belakang. Semuanya menatap Dewa seolah Dewa adalah seorang maling yang ketahuan.

"Guys, aku bisa jelaskan," ucap Dewa terbata.

"Jadi selama ini kau pacaran diam-diam dengan Quinn, Wa?" seru Anjas pula.

"Dan sekarang Quinn mati bunuh diri. Apa ini ada hubungannya denganmu?" tukas yang lain pula menimpali.

"Atau jangan-jangan sebetulnya Quinn tidak mati bunuh diri melainkan..."

"Oo... wow... Pikiranmu terlalu jauh Lex!" potong Dewa membantah ucapan temannya yang bernama Alex.

Lihat selengkapnya