Setelah di tahan cukup lama di lembaga pemasyarakatan, membuat Nathan kini mulai bisa beradaptasi. Ia sudah mulai mengerti karakter-karakter para penghuni lapas. Orang-orang yang semula juga sering merundungnya karena fisiknya, kini mulai menyeganinya setelah akhirnya tahu kasus yang menyebabkan dirinya masuk penjara.
Bahkan, Nathan kini mulai merasa nyaman berada di dalam penjara. Ia merasa lebih tenteram disini di banding ketika bebas dulu. Disini, setidaknya ia tidak dipermainkan oleh manusia-manusia yang menurutnya munafik. Ia tidak perlu bekerja untuk menyambung hidup, tidak merasa kesepian karena disini ia mulai mendapatkan teman.
Para penghuni lapas ini memiliki ceritanya masing-masing. Dan tentu saja, hampir semuanya bernasib buruk. Hal itulah yang menyebabkan Nathan merasa mendapatkan teman senasib. Oleh karena sudah memiliki teman yang real yang bisa ia jadikan tempat berkeluh kesah, membuat alter egonya sudah tidak pernah muncul lagi. Apalagi, hal-hal pemicunya sudah hampir tidak pernah terjadi.
Selama ia ditahan, Jordan juga rutin berkunjung. Tapi sejak tiga pekan terakhir ini, pria itu memang sudah tidak datang lagi. Kali terakhir ia berkunjung, ia memang mengatakan mungkin tidak akan berkunjung serutin biasanya, karena kondisi Nathan sudah jauh lebih stabil dan juga Jordan sendiri disibukkan dengan pasien lainnya. Namun yang Nathan tidak tahu adalah, sebetulnya Jordan juga sedang disibukkan oleh persiapan pernikahannya dengan Andini.
Selain Jordan, sebetulnya tidak ada yang rutin mengunjungi Nathan lagi. Kecuali Dewa yang saat itu pernah datang sekali. Setelahnya, pemuda itu tak pernah muncul lagi. Padahal sebetulnya Nathan masih menunggu informasi yang terakhir ia bisikkan waktu itu. Yaitu, tentang kematian Bondi Suganda!
Hal itu sebetulnya membuat Nathan kepikiran beberapa hari. Selain kenyataan bahwa ternyata Dewa adalah anak dari Tante Susi yang pernah hadir di masa kecilnya, rupanya pemuda itu juga sepertinya tahu atau menyimpan rahasia tentang kematian Bondi. Namun, sampai detik ini Dewa tidak pernah kembali untuk menceritakannya.
Hingga akhirnya, hari ini, pintu sel Nathan dibuka oleh seorang sipir. Ia yang saat itu sedang mengobrol dengan teman sesama penghuni lapas, menoleh cepat ke arah pintu sel.
"Nathan..." seru sipir itu. Merasa namanya dipanggil, Nathanpun berdiri dan menghampiri sang sipir.
"Ada yang mengunjungimu," ucap sipir itu lalu menarik lengan Nathan keluar dari sel kemudian menutup dan mengunci pintu sel itu lagi.
Nathanpun digiring melewati lorong-lorong penjara yang dingin dan gelap. Sambil berjalan bersisian dengan sang sipir, Nathan jadi terpikir siapa yang mengunjunginya kali ini setelah sekian lama? Apakah Jordan? Atau mungkin Dewa? Sebetulnya, Nathan lebih mengharapkan Dewa yang datang dan menceritakan hal yang menggantung waktu itu.
Setiba di ruang kunjungan, sang sipir membuka pintu dan mempersilakan Nathan untuk masuk. Di dalam ruangan itu hanya tampak punggung seseorang. Dari penampilannya, sepertinya orang itu adalah seorang perempuan. Terlihat dari baju yang melekat di badannya, dan kerudung bercorak yang menutupi kepalanya. Aneh, siapa perempuan ini, pikir Nathan.
"Waktu besuk 15 menit," ucap sang sipir kemudian keluar dari ruangan itu dan menutup pintu. Memberikan privacy kepada kedua orang tersebut untuk berbicara.
Nathan masih bingung siapa gerangan perempuan yang datang ini? Apakah Andini? Tapi Andini tidak berkerudung. Begitu pula Priska. Perlahan, dengan langkah ragu, Nathan mendekat pada perempuan yang sedang duduk membelakanginya itu.
"Permisi," ucap Nathan begitu berdiri di dekat si perempuan. Ketika perempuan itu menoleh, barulah Nathan melihat wajahnya. Perempuan itu mengenakkan kacamata hitam dan make up yang sangat tebal. Bibirnya yang dibaluri lipstik merah darah itu, tersenyum pada Nathan. Dan dari sela kerudungnya, Nathan melihat rambutnya juga berwarna merah. Sebab, perempuan itu tidak sepenuhnya berhijab, melainkan hanya menutupi bagian belakang rambutnya dengan kerudung sedangkan bagian depan dibiarkan terbuka.