Lubang Kunci

Randy Arya
Chapter #19

Stalking

Dewa masih terperangah mendengar cerita Quinn. Ia tak habis pikir bagaimana bisa Quinn melakukan semua itu. Gadis ini benar-benar cerdik, pikir Dewa. Ia dapat memalsukan kematiannya dan mencoba hidup yang baru sebagai karakter lain.

"Tapi kenapa kau tak cerita padaku mengenai hal itu? Kau tahu, betapa panik dan stressnya aku ketika melihatmu menggantung di langit-langit kamar," ungkap Dewa.

"Sorry, aku bingung waktu itu," jawab Quinn.

"Dan kau juga kurang teliti. Kau meninggalkan ponselmu begitu saja, sementara di dalamnya banyak pesan kita yang mengandung hal sensitif," tukas Dewa. "Kau tahu, aku sampai kewalahan menghapusnya."

Quinn menghela napas pelan. Ia baru ingat tentang ponselnya. Ya, mungkin dalam hal itu ia agak ceroboh.

"Lalu sekarang dimana ponselku?"

"Masih di pegang polisi," jawab Dewa lemah. "Tinggal menunggu waktu agar semua pesan itu terkuak dan matilah aku. Aku akan ditangkap karena terlibat dalam rencana pembunuhan," sambungnya.

"No..." sergah Quinn cepat. Ia mendekat pada kekasihnya itu dan mengusap pundak Dewa dengan lembut. "Kau tidak akan ketahuan, karena sebentar lagi..." ia sengaja menggantung kata-katanya. Sementara Dewa tampak mengerutkan kening menunggu terusan kalimatnya.

"Sebentar lagi apa?" tanyanya tak sabar.

"Sebentar lagi kau akan menjadi Apollo," ucap Quinn diikuti senyum misterius. "The real Apollo," sambungnya.

Dewa terperangah dan mengerutkan kening. "Tapi Quinn, jika polanya sama, polisi akan curiga pada kita," ucapnya kemudian.

"Kau tidak akan mati bunuh diri, melainkan kecelakaan," tukas Quinn pula.

"What? Kecelakaan?"

"Ya. Tenang saja, aku bisa memesan tremadoline lagi."

"Kau tahu darimana racun itu?"

"Kau lupa, aku kuliah di jurusan apa?"

Dewa baru ingat bahwa kekasihnya memilih jurusan farmasi, sehingga mengetahui cukup banyak tentang bahan kimia dan obat-obatan.

"Tapi Quinn, kurasa kali ini agak gegabah kalau kita sampai melakukan hal ini untuk kedua kalinya. Nanti kalau aku bisa kabur dari laboratorium sepertimu akan aman. Tapi kalau tidak bagaimana? Polisi bukan orang bodoh yang akan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya," ungkap Dewa pula meragukan.

Quinn terdiam, ia tampak berpikir. Yang dikatakan oleh kekasihnya benar juga, pikirnya. Oh, sepertinya ia harus memutar otak lebih kuat lagi untuk menyelamatkan Dewa.

"Ohya, kau bilang, pada malam itu kau dengar Bu Jihan bicara dengan Hendrik dan mengatakan kalau ia melindungi pria itu. Maksudnya apa?" tanya Dewa lagi.

Lihat selengkapnya