Lubang Kunci

Randy Arya
Chapter #21

Dear, Quinn...

Quinn Mindy lahir 23 tahun silam dari pasangan Bondi dan Jihan Suganda. Pasutri itu dikaruniai putri cantiknya itu setelah menikah 2 tahun lamanya. Layaknya pasangan yang baru dikaruniai anak, Bondi dan Jihan sangat bahagia. Kebahagiaan rumah tangga mereka terasa lengkap dengan kehadiran putri kecil yang akhirnya mereka beri nama Quinn Mindy.

Hari berganti, tahunpun berganti. Quinn menjelma menjadi gadis kecil periang dan penuh kasih sayang. Ia dibesarkan dengan penuh kehangatan oleh kedua orang tuanya. Dan mungkin karena ia anak satu-satunya, jadi apapun permintaannya selalu dituruti oleh Jihan dan Bondi.

Karier Bondi sebagai kepala keluarga juga menanjak naik seiring perkembangan anaknya. Ia yang awalnya hanya bekerja sebagai pelayan toko, akhirnya diangkat menjadi kepala toko dengan kenaikan gaji yang sepadan. Mungkin karena ia merupakan family man yang sayang keluarga, hingga membuat rejekinya seolah tak pernah berhenti mengalir.

Sementara Jihan sendiri, sejak resmi dipersunting oleh Bondi, benar-benar menjadi ibu rumah tangga biasa. Kegiatannya sepanjang hari adalah mengurus rumah, anak dan suaminya. Ia jarang keluar rumah dan menjadi istri yang patuh terhadap suaminya. Sebab itulah, ia jarang sekali berdandan dan memakai pakaian yang bagus. Dalam hatinya, hanya di rumah saja kenapa harus berdandan dan berpakaian bagus? Namun, ia tak menyangka, keputusannya itulah yang membuat semuanya berubah.

Semakin lama penampilan Jihan semakin tak menarik karena ia jarang merawat badan. Ia disibukkan dengan kegiatan rumahan seperti memasak, mengepel, menyapu, sehingga tak sempat memperhatikan penampilan. Sedangkan suaminya, karena pekerjaan, dituntut untuk selalu tampil rapi, bersih, dan wangi. Tak jarang, Bondi mengatakan pada istrinya soal penampilan tapi Jihan tak pernah mengindahkan. Bahkan semakin lama, Bondi semakin tak bernafsu dan menolak untuk berhubungan badan dengannya.

"Penampilanmu tak semenarik dulu. Rambutmu tak pernah kau rawat, wajahmu tak lagi cantik. Bahkan bentuk tubuhmu tak menawan seperti dulu," ungkap Bondi.

"Mas, aku sibuk bekerja mengurus rumah. Belum lagi aku harus mengurus Quinn kalau dia sudah pulang sekolah. Semua itu membuat aku jarang berolahraga dan membuat bobot badanku agak naik. Lalu, soal rambut dan wajah, aku mau kemana Mas? Aku di rumah terus, untuk apa rapi-rapi segala," balas Jihan.

Namun Bondi tak mau berdebat lagi. Ia memilih diam dan menghindari pertengkaran. Akan tetapi, permasalahan itu berdampak pada kehidupan rumah tangga mereka. Bondi jadi mulai jarang pulang cepat. Ia lebih memilih kerja lembur bahkan hingga larut agar tak bertemu dengan istrinya.

Seiring berjalannya waktu, Quinnpun semakin tumbuh. Ia memiliki paras yang cantik dan menggemaskan. Layaknya Jihan saat masih remaja dulu. Postur tubuhnya juga bertumbuh dengan cepat. Bahkan saat kelas enam SD saja, ia sudah memiliki dada yang menonjol.

Quinn juga pintar berbusana dan merawat wajah dan rambutnya. Auranya sangat positif apalagi kehidupannya sangat sempurna. Namun, semuanya itu perlahan-lahan mulai berubah...

Bondi yang melihat tumbuh kembang anaknya yang cantik molek, mulai tertarik pada gadis kecil itu. Bibirnya yang ranum, rambutnya yang harum, kulitnya yang mulus, dan wajahnya yang cantik membuat Bondi mulai mabuk kepayang. Semakin hari, ia semakin tak bisa mengendalikan nafsunya pada anaknya sendiri.

"Mulai sekarang, Papa yang antar jemput kamu ke sekolah ya," ucap Bondi suatu pagi, di meja makan. Mendengar hal itu, Quinn tentu saja senang. Sebab, dari kecil, ia tahu ayahnya sangat memanjakannya.

Namun sejak hari itu pulalah, kehidupan Quinn jadi berubah. Karena, di dalam mobil, Bondi selalu menciumnya. Awalnya Quinn mengira itu bentuk rasa sayang seorang ayah kepada putrinya. Namun makin hari kok terasa semakin aneh. Bondi menciuminya dengan nafsu yang liar.

"Jangan Pa..." bisik Quinn mencoba menepis kepala ayahnya yang menempel di lehernya.

"Diam sayang, sebentar ya," balas Bondi dan terus menciumi leher sang anak dengan liar. Ia bahkan juga melumat bibir mungil Quinn.

"Nanti Papa belikan handphone baru ya. Asal kamu nurut sama Papa," bisik Bondi membujuk putrinya. "Pokoknya apapun yang kamu mau, Papa akan belikan. Asal kamu nurut sama Papa," sambungnya mengusap rambut putrinya itu.

Lihat selengkapnya