Marik, Billy, dan beberapa anggota kepolisian menyambangi rumah kos tempat Dewa tinggal. Mereka mendapatkan lokasi tersebut dari salah satu karyawan Kafe Gemilang. Sebenarnya, ketika masih di jalan tadi, Marik sudah mendapat telepon dari Dirga yang mengatakan kalau pemuda yang mereka cari itu tidak berada di rumah kos tersebut. Entah darimana ia mendapatkan info. Dan ia juga berkata kalau Quinn sedang bersama pemuda itu.
Penasaran dengan banyaknya teka-teki itu membuat Marik tetap memutuskan untuk mendatangi rumah kos tersebut. Apalagi mereka sudah kepalang dekat. Setidaknya mungkin ada info atau keterangan dari para penghuni kos atau penjaganya tentang Dewa.
Mereka tiba di rumah tersebut sekitar jam tiga sore. Rumah tersebut dalam kondisi tertutup, namun tak terkunci. Kondisinya cukup sepi, hanya ada dua sepeda motor yang terparkir di dalam.
Marik menekan bel sambil mengucapkan salam. Tak lama, seorang pria muda tampak menghampiri pagar. Ia terlihat cukup shock ketika melihat beberapa orang polisi mendatangi rumah kos tempat ia bekerja.
"Apa betul disini ada seorang pemuda bernama Dewa yang menyewa salah satu kamar?" tanya Marik pada pria muda tersebut.
Ah, pemuda itu lagi, bisik hati si pria muda. Apa masalahnya hingga melibatkan polisi begini? Nampaknya cukup serius.
"Tadinya Pak. Hanya saja dia sudah pindah pagi tadi," jawab pria muda itu akhirnya.
Ternyata info Dirga benar, pikir Marik.
"Tadi juga ada dua orang pria dan wanita yang datang mencarinya kemari," kata pria muda itu lagi.
"Pria dan wanita?" Kali ini Billy yang bertanya.
"Iya Pak. Wanita itu berkata bahwa dia ibu dari pacar Dewa dan beliau sedang mencari anaknya itu," jawab si pria muda lagi.
Billy dan Marik saling pandang. Quinn? Apakah benar yang dikatakan Dirga kalau Quinn sedang bersama Dewa? Tapi bagaimana bisa? Bukankah gadis itu sudah mati gantung diri?
"Pacar Dewa? Maksud Anda... Quinn Mindy?" tanya Marik pula memastikan.
"Wah, saya kurang tahu nama gadis itu. Tapi dia sering berkunjung kesini," jawab si pria muda.
"Apakah gadis itu... Orang ini?" tanya Marik lagi memperlihatkan foto Quinn di ponselnya.
"Ya, betul. Dia orangnya," jawab si pria. Billy dan Marik kembali saling pandang resah.
"Dia... Masih hidup?" tanya Billy pula.
"Maksudnya?" si pria muda balik bertanya dengan heran.
"Oh, lupakan," tukas Billy. "Anda tau kemana mereka pergi?"
"Kalau itu saya kurang tahu, sebab mereka pergi buru-buru."
"Oke, terimakasih Mas," ucap Marik mengakhiri obrolan. Ia berbisik pada Billy. "Cek semua CCTV jalanan agar kita bisa melacak kemana sepeda motor Dewa berkendara," ucapnya.
"Oke, Mas," sahut Billy.