Lucathea

Jesica Ginting
Chapter #2

Tiga Hari Bersama Orang Asing

Matahari belum sepenuhnya naik saat Althea membuka matanya di ranjang hotel yang masih hangat oleh sisa malam. Udara di dalam ruangan dingin, tapi tidak menusuk. Ia menyelimuti dirinya sendiri, mencoba mengingat ulang semua yang terjadi semalam.

Tidak ada yang vulgar. Tidak ada pelanggaran batas. Tidak ada hubungan fisik seperti yang ia bayangkan sebelumnya.

Mereka hanya mengobrol. Lama. Tentang hal-hal random seperti musik, film, dan kematian.

Di sisi lain ranjang, Luca sudah bangun lebih dulu. Duduk di sofa dekat jendela, menatap langit Jakarta yang mulai membara. Ia mengenakan kemeja putih yang digulung di bagian lengannya, memegang secangkir kopi yang belum disentuh.

Althea duduk perlahan, mencoba menjaga suara tempat tidur agar tidak berdecit.

“Pagi,” gumamnya.

Luca menoleh. Sorot matanya tidak berubah—tenang, tajam, dan mengintimidasi dalam cara yang tidak bisa dijelaskan.

“Lo tidur pules juga ternyata,” ujarnya ringan.

Althea menyengir. “Gue kira bakal susah tidur. Tapi ternyata... nyaman juga.”

Luca tidak menanggapi. Ia hanya berdiri dan menuangkan secangkir kopi lagi untuk Althea, lalu menyerahkannya tanpa banyak bicara.

Mereka duduk berdampingan di sofa, memandangi kota yang mulai sibuk dari lantai dua puluh tiga. Dalam diam yang tidak canggung, dalam jeda yang seolah-olah sudah dikenali oleh masing-masing hati.

“Lo beneran serius waktu itu?” tanya Althea akhirnya. “Maksud gue... soal lo yang cuma pengen ngobrol?”

Luca mengangguk pelan. “Iya. Gue udah terlalu sering punya malam... yang kosong. Ditemani cewek yang cuma tahu nama depan gue dan isi rekening gue.”

Althea tertawa kecil. “Dan sekarang lo pengen ngobrol sama cewek random dari forum aneh yang lo temuin tengah malam?”

Luca melirik. “Gue butuh seseorang yang enggak punya ekspektasi apa pun dari gue. Dan lo... keliatannya cocok buat itu.”

Althea memutar gelas kopinya pelan.

“Terus... lo bakal ngelakuin ini lagi? Maksud gue, nyari orang buat ngobrol kayak gini?”

Luca diam beberapa detik, lalu menjawab pelan, “Enggak tahu. Mungkin enggak. Gue enggak nyangka bakal klik sama lo.”

Althea mengangkat alis. “Klik?”

“Gue ngerasa nyaman aja.”

Lagi-lagi, hening menyelimuti mereka. Tapi kali ini ada sesuatu yang menggantung di udara. Sesuatu yang belum jelas, tapi terasa nyata.

Sampai akhirnya Luca memecahnya.

“Lo mau ginep lagi di sini malam ini? Gue udah booking kamar ini buat tiga malam.”

Althea tersedak kopi saat mendengar ucapan Luca itu. “Lo serius?”

Luca mengangguk. “Gue bayar tiga kali lipat. Tapi lo cuma perlu jadi diri lo sendiri. Temenin gue makan, ngobrol, jalan, atau diem juga enggak apa-apa. Gimana?”

Althea menatap pria itu lama. Ia tahu ini bukan skenario biasa. Ini bukan hubungan klien dengan "jasa booking". Ini sudah mulai mengabur batasnya. Tapi entah kenapa, ia tidak merasa takut. Mungkin karena ia merasa tak punya waktu untuk ragu.

“Lo tahu, kan, gue cuma punya waktu enam bulan?” ucap Althea pelan.

Lihat selengkapnya