Lucathea

Jesica Ginting
Chapter #7

Hari Ini Saja Sudah Cukup

Sore itu, langit Jakarta dilukis oleh semburat jingga yang perlahan berubah ungu. Angin meniup pelan dedaunan di taman kampus, tempat dua orang duduk berdampingan tanpa banyak kata, tapi dengan dada yang sama-sama bergetar.

Althea masih tidak percaya bahwa Luca ada di sebelahnya. Ia menunduk, tangannya memainkan ujung sketchbook-nya yang mulai kusam. Hidungnya masih terasa dingin, entah karena udara sore, atau karena jantungnya yang belum bisa tenang.

Sementara Luca hanya menatap langit. Dengan ekspresi tenang, tapi dalam dirinya ribut.

Dia ingin memeluk gadis di sebelahnya, ingin menumpahkan semua rasa, tapi dia tahu—kali ini, dia harus pelan.

Dia tidak sedang jatuh cinta pada perempuan biasa. Dia jatuh pada seseorang yang sedang berpacu dengan waktu.

Dan cinta untuk orang seperti itu bukan tentang memiliki. Tapi tentang rasa cukup.

***

“Lo udah makan?” tanya Luca memecah keheningan.

Althea melirik. “Belum. Lo?”

“Belum juga.”

“Hm,” Althea mengangguk pelan. “Tumben... gue kira lo CEO yang enggak pernah telat makan.”

Luca tertawa pendek. “Ternyata CEO juga bisa jadi bego karena mikirin orang.”

Althea menyengir, lalu menunduk. “Lo masih mau... ngobrol sama gue?”

“Masih,” jawab Luca cepat. “Gue nggak pernah nggak mau.”

Althea mengangkat bahu. “Gue pikir lo bakal marah.”

“Gue marah, Thea.”

Althea menoleh.

Luca menatapnya, mata mereka bertemu.

“Tapi lebih banyak kangennya daripada marahnya.”

Dada Althea langsung panas. Seakan luka yang selama ini ia tahan pelan-pelan disiram air hangat.

“Gue gak tahu harus apa,” katanya jujur. “Gue pengen lo deket, tapi gue juga takut bikin lo patah.”

“Lo gak usah mikirin itu sekarang,” jawab Luca. “Lo cuma perlu satu hal.”

“Apa?”

“Hidup.”

***

Mereka duduk dalam diam cukup lama. Suara kampus mulai berkurang, mahasiswa sudah banyak yang pulang. Matahari hanya tinggal garis cahaya jingga di ufuk barat.

Tiba-tiba Althea melirik ke samping. Ragu-ragu, lalu membuka suara.

“Luc…”

“Hm?”

“Lo gak ngerasa aneh, ya?”

Luca mengerutkan kening. “Maksud lo?”

“Ya... cara gue ngomong,” Althea menarik napas sebentar. “Lo sadar gak, sih? Gue tuh masih ngomong pake lo-gue ke lo. Padahal lo tuh... jauh lebih tua dari gue.”

Luca tertawa kecil, seperti tak menyangka topik itu yang keluar dari mulutnya Althea.

“Gue baru sadar sekarang,” lanjut Althea pelan. “Kalo dipikir-pikir, kadang gue kayak kurang ajar aja, gitu. Harusnya, kan, gue sopan.”

Luca menatapnya dengan senyum santai. “Lo tahu gak, Thea?”

“Apa?”

Lihat selengkapnya