Langit Jakarta pagi itu mendung. Udara terasa lembap, dan dari sela-sela jendela apartemen, aroma tanah basah mulai merayap pelan ke dalam ruangan. Tapi Althea justru terbangun dengan senyum.
Bukan karena cuacanya, tapi karena ada post-it pink di kaca kamar mandi yang membuat matanya membulat begitu membuka pintu.
"Hari ini jangan tanya apa-apa. Ikutin gue aja. Pake baju yang paling lo suka. –L"
Althea mengerutkan kening, tapi senyum itu tetap bertahan. Tangannya refleks menyentuh dada—jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.
Ia melangkah ke lemari dan mengambil dress putih sederhana yang jarang ia pakai. Dress itu mengingatkannya pada masa SMA—saat ia masih penuh harapan, dan belum tahu bahwa hidup akan begitu rumit.
Setengah jam kemudian, saat Althea membuka pintu kamar, Luca sudah menunggu di ruang tamu. Ia mengenakan kemeja putih, celana krem, dan sneakers yang bersih seperti baru dibuka dari kardus.
Althea berdiri terpaku sejenak.
“Wah...” gumam Luca, menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Gue hampir lupa napas barusan.”
Althea menyengir malu. “Lo lagi bikin gue ge-er pagi-pagi gini?”
“Memang niatnya gitu.”
Luca berjalan mendekat dan menyodorkan seikat bunga kecil ke Althea.
“Ini,” katanya. “Bunga liar. Gue nggak tahu namanya apa, tapi aromanya kayak lo waktu ketawa.”
Althea menatap buket itu pelan-pelan, lalu menatap pria di depannya. “Lo bikin apa, sih, hari ini?”
Luca tersenyum misterius. “Gue bilang jangan tanya.”
***
Perjalanan pertama mereka dimulai dari tempat yang tidak terduga—sebuah studio seni kecil di bilangan Kemang.
Althea mengerutkan kening saat Luca memegang tangannya dan membawanya masuk ke dalam.
“Ngapain ke sini? Kita mau les tari Bali?”
“Nyaris,” sahut Luca sambil tertawa. “Tapi ini tempat khusus untuk bikin lukisan bareng. Gue booking dua easel. Hari ini kita jadi seniman.”
Di dalam ruangan berdinding bata merah dan aroma cat minyak, dua kanvas putih menunggu mereka.
Althea langsung tertawa kecil. “Luc... lo tuh gak bisa gambar.”
“Siapa bilang? Gue jago gambar stickman.”
“Tuh, kan,” Althea geli.
Luca membuka celemek hitam dan menyerahkannya ke Althea. “Tapi hari ini bukan soal hasilnya. Ini soal bikin kenangan.”