Beberapa hari setelah pameran tunggal Althea sukses besar, jadwal keduanya kembali padat. Althea harus menghadiri undangan dari berbagai komunitas seni dan pendidikan, sedangkan Luca mulai kembali ke ritme pekerjaannya sebagai CEO setelah beberapa minggu terakhir fokus mendampingi Althea.
Meskipun kesibukan menyita waktu mereka, keduanya berusaha menyelipkan momen-momen kecil yang tetap membuat hubungan mereka terasa hangat dan penuh tawa.
Pagi itu, Althea duduk di dapur sambil membuka pesan masuk di akun Instagram-nya. Sejak pameran, jumlah followers-nya melonjak drastis. Begitu juga dengan pesan dari para pria asing—beberapa dari mereka bahkan menyelipkan ajakan ngopi atau sekadar memuji kecantikannya.
Luca yang sedang menyeduh kopi mengintip dari balik bahu Althea.
“Wah, ada yang ngajak lo dinner, nih,” komentar Luca datar.
Althea terkikik. “Yah, kan gue artis sekarang, Pak. Wajar lah fans bertambah.”
Luca mendengus. “Fans lo atau calon-calon mantan?”
Althea memutar tubuhnya, lalu berdiri di depan Luca sambil melipat tangan di dada. “Lo cemburu?”
“Gue? Nggak, lah.”
“Lucaaa...”
“Ya, dikit.”
Mereka berdua tertawa.
Luca memeluk Althea dari belakang, dagunya bertumpu di bahu sang gadis. “Gue tahu lo nggak bakal ninggalin gue. Tapi tetap aja... lo tuh makin bersinar sekarang. Dan gue tahu gimana cowok ngeliat cewek kayak lo.”
Althea membalikkan badan dan menatap mata Luca. “Gue nggak peduli mereka ngeliat gue kayak apa. Yang penting... gue tetap milih lo.”
“Gue suka lo ngomong gitu.”
“Gue suka lo pas lagi jealous.”
Mereka tertawa lagi. Tapi kali ini, tawa itu membawa mereka ke dalam pelukan yang lebih lama dari biasanya.
***
Malamnya, mereka menghabiskan waktu di balkon apartemen dengan selimut hangat dan dua cangkir cokelat panas. Udara Jakarta memang tidak sedingin itu, tapi alasan untuk lebih dekat selalu bisa dicari.
Althea bersandar di dada Luca, menggambar-gambar bentuk abstrak di telapak tangan pria itu.
“Luc...”
“Hm?”
“Lo inget nggak waktu pertama kali kita... lo tau lah.”
Luca menahan tawa. “Waktu lo masih pake nama Lia?”
Althea menutup wajah dengan selimut. “Iyaaa. Duh, gue masih malu banget kalau inget.”
“Padahal lo yang ngajak duluan.”