Lucathea

Jesica Ginting
Chapter #27

Percaya Itu Tidak Selalu Mudah

Hari-hari mereka belakangan ini berjalan begitu manis. Hubungan Althea dan Luca semakin dalam, seperti benang-benang halus yang dijalin hati demi hati. Tapi hidup, seperti biasa, selalu punya cara menguji ketulusan dan kepercayaan.

Pagi itu, di ruang makan apartemen mereka, Luca duduk sambil menyeruput kopi pahitnya. Matanya masih menatap layar tablet berisi dokumen-dokumen penting dari tim manajemen luar negeri.

“Jadi lo harus pergi juga, ya?” tanya Althea dengan nada datar.

Luca menatapnya penuh rasa bersalah. “Sayang, ini kunjungan penting. Delegasi dari Jepang minta ketemu langsung. Kita ada potensi ekspansi besar kalau ini sukses.”

Althea mengangguk pelan, mencoba terlihat mengerti meski dadanya terasa berat. “Berapa lama?”

“Seminggu. Paling lama delapan hari. Gue janji bakal balik secepat mungkin.”

Althea tersenyum tipis. “Ya udah, nggak papa. Gue bakal tetap di sini. Ngurusin kucing galeri, proyek mural, dan… nungguin lo.”

Luca tertawa kecil, lalu memeluk Althea dari belakang. “Gue bakal video call lo tiap malam. Dan kalau kangen banget, lo tinggal liat playlist Spotify yang gue buat.”

“Playlist ‘Althea Is My Home’ itu?”

Luca terkekeh. “Iya dong.”

***

Hari kepergian Luca datang juga. Bandara Soekarno-Hatta ramai pagi itu, tapi suasana di sekitar mereka terasa seperti hanya milik dua orang.

Luca menggenggam tangan Althea erat. “Gue pergi bukan karena lo nggak cukup. Tapi karena masa depan kita juga butuh dipersiapin.”

Althea tersenyum meski matanya berkaca. “Gue tahu. Tapi tetap aja, lo ninggalin gue seminggu itu kayak ninggalin setengah napas gue.”

Luca mencium kening Althea, lalu melangkah menuju gerbang keberangkatan. Althea menatap punggungnya yang perlahan menjauh, menyimpan rindu yang mulai tumbuh detik itu juga.

***

Hari pertama tanpa Luca terasa sepi, tapi Althea mengisi waktu dengan kesibukan—mengurus mural di sebuah sekolah dasar, menghadiri wawancara podcast lokal, dan menyortir email kerja sama galeri. Ia tetap menjaga semangatnya, walau sesekali mengecek ponselnya hanya untuk memastikan Luca belum mengirim pesan baru.

Hari keempat, Althea menghadiri sebuah pameran kolektif bersama beberapa seniman muda lainnya. Di sana, ia bertemu dengan Ares, teman lamanya yang dulu satu angkatan di jurusan desain. Mereka tidak terlalu akrab semasa kuliah, tapi Ares selalu dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan dan sangat suportif.

“Astaga, lo sekarang terkenal banget, ya. Gue sampe mikir, kapan bisa foto bareng artis Althea Collins Nabastala,” canda Ares.

Lihat selengkapnya