Hari-hari setelah "insiden test pack" itu berjalan seperti roller coaster yang pelan tapi tetap membuat jantung berdebar. Sejak malam itu, hubungan antara Althea dan Luca bukan hanya semakin dekat—tapi semakin dalam, semakin jujur, dan semakin tak ragu untuk menunjukkan apa yang sebenarnya mereka rasakan satu sama lain.
Bukan lagi soal gengsi. Bukan lagi soal menahan-nahan perasaan karena takut salah waktu. Mereka sudah sampai di fase hubungan di mana rasa cinta bukan sekadar diungkapkan lewat kata, tapi lewat setiap sikap kecil yang dilakukan dengan tulus.
***
Pagi itu, Althea baru saja selesai mengisi seminar desain digital di salah satu universitas swasta. Mahasiswa-mahasiswa muda mengerumuninya, minta tanda tangan, foto bareng, bahkan ada yang minta follow back. Luca berdiri agak jauh, menyandarkan tubuhnya di dinding luar auditorium sambil memantau dari kejauhan.
Senyumnya mengembang saat melihat Althea tertawa bersama beberapa mahasiswa. Tapi senyum itu berubah menjadi helaan napas panjang ketika ada satu mahasiswa laki-laki yang dengan percaya diri memberikan bunga kepada Althea dan memintanya untuk ikut hangout setelah acara.
Luca melangkah maju, tidak terburu-buru tapi cukup cepat untuk menunjukkan keberadaannya. Sesampainya di dekat Althea, tanpa ragu ia merangkul pinggang perempuan itu dan mengecup pipinya di depan semua orang.
“Udah selesai acaranya?” tanya Luca ringan, seolah tak terjadi apa-apa.
Althea yang awalnya agak kaget langsung tersenyum. “Udah. Lo nunggu dari tadi?”
“Gue nunggu lo terus.”
Mahasiswa yang memberi bunga tadi salah tingkah, buru-buru pamit. Althea hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi Luca yang sedikit territorial.
“Luc, lo tadi cemburu ya?”
“Gue? Cemburu?” Luca memasang ekspresi sok cuek. “Nggak, lah. Gue cuma nempatin tanda bahwa lo udah dipesen.”
Althea mencubit pinggang Luca pelan. “Gue bukan barang tahu!”
“Tapi lo satu-satunya yang pengen gue pegang selamanya.”
Althea memutar bola matanya. “Ih... gombal lo lama-lama ngalahin suhu TikTok.”
***
Siang itu mereka mampir ke kafe langganan mereka, yang letaknya tak jauh dari apartemen. Althea masih mengenakan pakaian formal kasual dari acara tadi, sementara Luca kembali ke gaya santainya dengan kaus putih dan jaket denim.
Baru saja mereka duduk, salah satu barista mendekat dan menyodorkan secarik kertas ke meja mereka.
“Ini dari pengunjung yang barusan pergi, Kak.”
Althea membuka kertasnya, dan mendapati sebuah tulisan tangan.
"Kalian pasangan paling bahagia yang pernah gue lihat. Semoga selalu saling mencintai."
Althea menatap Luca dan tertawa kecil. “Tuh, kita keliatan banget, ya?”
Luca menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, menatap Althea dengan mata berbinar. “Kalau cinta lo sama gue udah nggak bisa disembunyiin, kenapa harus pura-pura?”