Lucathea

Jesica Ginting
Chapter #35

Lelaki yang Tak Bisa Jauh

Tiga hari setelah Althea dinyatakan mengandung, Paris telah berubah warna. Tidak lagi kelabu dan sunyi seperti minggu pertama saat ia ditinggal Luca ke Belanda. Kota itu kini seolah memeluknya dengan pelan-pelan. Bukan karena Eiffel yang makin menjulang indah, atau aroma roti panggang dari kafe di Rue Cler yang kian menggoda. Tapi karena Luca telah kembali. Suaminya telah pulang. Dan sejak itu, hidup Althea tak pernah benar-benar tenang lagi.

"Aku kayak... diintilin anak anjing gede, tahu nggak?" gumam Althea, duduk di kursi balkon, menatap pria yang sedang sibuk memotret wajahnya dengan kamera film lawas dari toko antik di Montmartre.

Luca hanya terkekeh, lalu menjawab, "Kalau kamu tahu rasanya ditinggalin seminggu, kamu juga bakal kayak aku sekarang. Aku kangen banget sama kamu, Sayang."

"Iya, tapi kamu nempel terus. Bahkan waktu aku lagi muntah pun kamu duduk di lantai kamar mandi."

"Itu bentuk cinta," balas Luca santai. "Dan biar aku tahu kamu baik-baik aja."

"Aku baik-baik aja, Mas. Jauh lebih baik dari yang kamu kira."

"Aku yang enggak baik-baik aja, Sayang. Rasa kangen aku masih enggak berkurang sampe sekarang."

Althea tersenyum manis saat mendengar perkataan suaminya itu. Jujur saja, bukan hanya Luca yang merasakan rindu yang tidak berkesudahan. Althea pun masih merasakan rasa rindu itu walau sudah saling bertemu dengan sang suami.

"Kalau gitu, kamu jangan pergi lagi ninggalin aku sendirian. Kalaupun kamu pergi lagi, aku enggak akan ngebolehin," tegas Althea dengan wajahnya yang sangat serius.

"Siap, Sayang. Aku rela jadi tahanan kamu selama-lamanya."

***

Nadine hanya tinggal bersama mereka di hotel selama tiga hari setelah Althea pulang dari rumah sakit. Selama tiga hari itu, Nadine memastikan putrinya makan tepat waktu, cukup istirahat, dan tidak stres.

"Istri kamu ini susah banget disuruh rebahan," keluh Nadine pada Luca suatu sore. "Dia bilang pengen ke Trocadéro padahal baru dua hari keluar rumah sakit."

Althea mengangkat tangan seolah menyerah. "Aku sehat, Ma. Dan aku cuma mau cari udara segar."

"Tapi kamu masih mual kalau aku dekat-dekat," sahut Luca, duduk di sofa sambil memijat tengkuknya sendiri. "Jadi aku paham kenapa kamu pilih taman daripada nonton TV bareng aku."

Nadine hanya menatap mereka berdua dengan senyum geli.

Tiga hari setelah itu, Nadine pun pulang ke Jakarta. "Mama harus kerja, Sayang. Tapi nanti mama balik lagi kalau kamu lahiran. Itu juga kalau kalian mau netap di sini. Tapi kalau boleh, jangan lama-lama di Paris, ya. Biar Mama enggak kejauhan jenguk cucu Mama."

Althea hanya mengangguk, lalu memeluk ibunya erat-erat.

***

Kondisi kehamilan Althea masih tergolong muda dan Luca semakin tak bisa jauh dari istrinya itu. Setiap pagi, ia selalu ada di samping Althea ketika perempuan itu membuka mata. Kadang sambil menyodorkan teh hangat, kadang dengan menyentuhkan bibirnya ke kening Althea.

Masalahnya, semakin Luca mendekat, semakin besar kemungkinan Althea akan merasa mual. Entah karena bau parfum, entah karena suara napas Luca yang terlalu dekat, atau entah karena hormon kehamilan yang sedang tidak bisa kompromi.

Lihat selengkapnya