Lucathea

Jesica Ginting
Chapter #38

Rasa yang Membakar Ragu

Hari-hari setelah Luca kembali bekerja di Jakarta perlahan membawa ritme baru dalam kehidupan rumah tangga mereka. Walau rasa lelah mulai kembali menyapa rutinitas Luca sebagai CEO, lelaki itu masih berusaha menyempatkan waktu sebisa mungkin untuk berada di sisi Althea. Terutama karena kini sang istri tengah hamil dan membutuhkan perhatian lebih dari biasanya.

Namun, perhatian yang Luca berikan tak selamanya membuat Althea merasa tenang. Justru, seiring bertambahnya usia kehamilannya yang kini menginjak bulan kelima, emosi Althea makin labil dan rasa cemburunya meningkat tajam. Bahkan, hal sekecil balasan pesan dari staf perempuan Luca bisa membuat Althea mendadak dingin dan bersikap aneh.

"Mas, kamu tadi bales pesan siapa?" tanya Althea malam itu, saat mereka duduk bersama di sofa ruang tengah. Ia menatap ponsel Luca dengan pandangan penuh kecurigaan.

Luca, yang tengah membaca laporan di ponselnya, mengerutkan dahi. "Si Rani. Dia nanya soal layout presentasi minggu depan. Kenapa?"

"Dia sering banget, ya, nanya kayak gitu? Jam segini juga?"

Luca menghela napas. "Sayang, dia cuma staf. Dia kerjaannya bantuin tim desain, jadi wajar kalau dia nanya soal itu. Tapi kalau kamu nggak nyaman, Mas bisa minta dia ngirim pesan lewat Gilang aja."

Namun, reaksi tenang Luca tidak serta merta meredakan rasa kesal Althea. Ia bangkit, lalu masuk ke kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Luca hanya menatap punggung istrinya sambil tersenyum kecut.

***

Beberapa hari kemudian, saat Althea tengah bersantai di ruang makan sambil menyeruput teh herbal, sebuah notifikasi Instagram masuk ke ponselnya. Ia membuka akun fanpage besar yang biasa mengunggah gosip dunia bisnis dan selebritas. Dan di sanalah, sebuah postingan anonim berhasil membuat hatinya serasa diremuk dan diremas dalam satu waktu.

@ceoinsideofficial: [Bocor] Salah satu CEO muda ternama tertangkap kamera sedang tidur bersama perempuan misterius di sebuah kamar hotel di Amsterdam.

[FOTO TERLAMPIR]

Althea nyaris menjatuhkan cangkirnya. Di dalam foto itu, terlihat sosok yang sangat mirip Luca-tertidur tanpa baju, dengan seorang perempuan berambut panjang terbaring di sebelahnya. Meski wajah perempuan itu tidak terlalu jelas, pose intim itu cukup membuat darah Althea naik ke kepala.

Tanpa pikir panjang, ia segera mengambil ponsel dan menelepon Luca.

"Mas! Ini apa maksudnya?!" suara Althea meninggi begitu sambungan tersambung.

"Sayang? Kamu kenapa?"

"Jangan pura-pura enggak tahu, Mas! Aku liat postingan tentang kamu barusan! Kamu tidur sama siapa waktu di Amsterdam?!"

Luca langsung diam beberapa detik. Ia kemudian menjawab dengan nada serius, "Sayang, aku nggak pernah tidur sama siapa pun selain kamu. Aku di sana bahkan diurusin langsung sama Gilang. Aku diinterogasi dan hampir nggak punya waktu untuk tidur nyenyak. Apalagi bawa perempuan. Kamu percaya sama aku, kan?"

"Terus foto itu apa? Kamu nggak lihat? Aku kirim ya!"

Tak sampai semenit, Althea mengirimkan screenshot postingan itu ke Luca. Lelaki itu membaca cepat, lalu menggeleng.

"Itu editan. Bahkan posisi badan aku kelihatan aneh. Latar kamarnya juga bukan hotel tempat aku nginep. Aku bisa buktiin, Sayang. Tolong percaya sama Mas."

Lihat selengkapnya