Lucathea

Jesica Ginting
Chapter #46

Bonus~Membara Kembali

Waktu terus berjalan, dan Elandro kini sudah berusia hampir tiga bulan. Rutinitas mengurus bayi yang dulunya terasa begitu melelahkan, perlahan mulai menemukan ritmenya. Tangisan di tengah malam semakin jarang, dan Althea mulai bisa menikmati tidur yang lebih panjang. Tubuhnya pun sudah jauh pulih, lekuk-lekuk lamanya mulai kembali terlihat, dan payudaranya tidak lagi terasa terlalu penuh dan sensitif setiap saat, meski masih menyimpan ASI untuk putra mereka. Namun, di balik semua penyesuaian itu, ada kerinduan yang terus memanggil-kerinduan akan keintiman fisik yang sudah lama tertunda, gairah yang terpendam, memohon untuk dibebaskan.

Malam itu, setelah menidurkan Elandro di boksnya, Althea melangkah ke kamar mandi. Suara gemericik air dari shower menyambutnya. Ia membiarkan air hangat membasahi tubuhnya, membersihkan sisa lelah seharian, sekaligus membangkitkan sensasi-sensasi yang telah lama ia abaikan.

Saat ia keluar, hanya terbalut handuk yang melilit longgar, ia menemukan Luca sudah duduk di tepi tempat tidur, matanya menatapnya dengan intensitas yang sudah lama tidak ia lihat. Ada percikan gairah yang jelas di sana, bercampur dengan kelembutan yang memuja. Matanya menyapu tubuh Althea, dari bahu hingga ke paha yang sebagian terlihat.

"Udah selesai?" suara Luca serak, napasnya sedikit tertahan, matanya terpaku pada lekuk tubuh Althea yang memikat.

Althea mengangguk, jantungnya berdebar kencang, iramanya selaras dengan desir darah di telinganya. Ia bisa merasakan atmosfer di antara mereka berubah, menjadi lebih pekat, lebih intim, terjalin oleh benang-benang hasrat yang tak terlihat. Ia berjalan mendekat, setiap langkahnya terasa disengaja, perlahan, membiarkan Luca menikmati pemandangan. Althea kemudian duduk di samping Luca, di tepi ranjang. Handuknya sedikit melorot, memperlihatkan bahu Althea yang mulus dan sebagian dadanya yang naik turun seiring napasnya.

Luca tidak berkata apa-apa. Tangannya terulur perlahan, menyentuh pipi Althea yang masih basah dan hangat. Jemarinya bergerak lembut, menyusuri garis rahang yang tegas, lalu turun ke leher, mengukir jejak panas di kulit Althea. Sentuhannya begitu hati-hati, seolah takut melukai, namun membawa kekuatan gairah yang tak tertahankan.

"Aku kangen kamu," bisik Luca, suaranya berat, matanya tak lepas dari mata Althea, menenggelamkan Althea dalam lautan keinginan.

Althea menelan ludah, merasakan tenggorokannya kering. Ia pun merindukannya. Merindukan sentuhan Luca yang begitu akrab, merindukan kehangatan tubuhnya yang selalu menjadi tempatnya pulang dan melarutkan diri. "Aku juga, Mas."

Luca tersenyum tipis. Perlahan, tangannya yang lain menarik handuk dari tubuh Althea, membiarkannya jatuh ke lantai seperti kelopak bunga yang gugur. Tubuh Althea kini terekspos sepenuhnya di bawah cahaya lampu tidur yang remang, setiap lekuknya menjadi objek kekaguman Luca. Perutnya masih sedikit membuncit, bukti nyata dari kehidupan baru yang mereka ciptakan, namun garis pinggangnya sudah mulai terlihat kembali. Payudaranya lebih penuh, berisi ASI, namun tidak lagi terasa sakit saat disentuh. Justru, kini terasa lebih sensitif, siap menerima sentuhan Luca.

Luca membiarkan pandangannya menyusuri setiap inci tubuh Althea, memuja setiap perubahan yang terjadi, setiap tanda keibuan yang terpahat di tubuh istrinya. Ia mencium bahu Althea, lalu turun ke tulang selangka, lidahnya bermain di sana, mengirimkan sengatan listrik ke seluruh tubuh Althea.

Lihat selengkapnya