Ara menatap sekelilingnya dengan tatapan risih. Untuk pertama kalinya, ia menginjakkan kaki di tempat hiburan malam. Mencium bau alkohol, rokok dan parfum yang membaur menjadi satu, menciptakan aroma yang membuatnya mual, belum lagi musik yang berdentum memekakkan telinga serta lampu kerlap-kerlip menyilaukan mata. Melihat para perempuan yang mengenakan pakaian mini dan berlenggak-lenggok di dance floor dikelilingi pria-pria mabuk, gadis itu bergidik. Ara berjanji tidak akan pernah menginjakkan kakinya kembali ke tempat seperti ini.
Ini semua karena tipu daya Lista, teman satu organisasinya di kampus yang mengajaknya kemari.
"Pokoknya disana seru deh, Ra. Tempat yang bisa bikin lo lupa sama masalah lo." Kata Lista sore tadi, setelah Ara menceritakan masalahnya.
Ara yang membutuhkan pelarian akan masalahnya, langsung setuju. Ia ingin melupakan semuanya barang sejenak. Selain itu, gadis itu sedang tak ingin pulang kerumah, ketempat yang membuatnya bertemu dia. Maka dari itu Ara memilih untuk menginap di kost Lista.
Namun bukannya ketenangan yang ia dapat, justru kepalanya bertambah berat. Entah sudah berapa pria yang menggodanya, mengajaknya berdansa di dance floor. Jelas Ara menolaknya. Ia ingin pulang, tapi Lista entah kemana. Mungkin gadis itu sedang menari dibawah sana, bersama puluhan orang yang sedang dalam mengaruh alhohol.
Ketika sedang celingukan mencari Lista, Ara terkejut ketika merasakan cengkeraman kuat di pergelangan tangannya. Ketika mendongak, ia mendapati Aksa—kakak sekaligus orang yang ingin ia hindari—berdiri di depannya. Tanpa mengucap apapun, Aksa menarik tangan adiknya untuk keluar dari tempat tersebut.
Ara terseok-seok mengikuti langkah lebar Aksa. Ia berusaha melepaskan diri, namun cekalan Aksa pada tangannya begitu kuat.
"Mas lepas, sakit." Rintih Ara.
Mendengar rintihan Ara, seketika Aksa berhenti dan melepas cekalannya. Di terangi lampu jalan, Ara mampu melihat wajah kakaknya merah padam. Untuk pertama kalinya, Ara melihat wajah Aksa yang dipenuhi amarah.
Meskipun diliputi perasaan takut, Ara berusaha menampilkan wajah acuh. Ia mengelus pergelangan tangannya yang memerah karena cekalan itu.
Aksa mengusap wajahnya kasar, berusaha meredam amarahnya.
"Pulang." Titahnya dingin. Sembari membuka pintu mobilnya, mempersilahkan adik perempuannya untuk masuk.
"Nggak, Aku kan udah bilang mau nginep tempat temen."
"Nginep di bar maksudnya?"
"Lista ada di dalem mas, aku cuma nemenin."