Lucid In You

Maurice Shafina Hanum Hadi Elfahmi
Chapter #1

Benang Merah

“Ah, aku ada kelas pagi.. Sial.” Ponsel yang sudah berdering entah sejak kapan segera aku raih dan alarm itu dengan cepat aku matikan. 

“Udah seru-serunya padahal.” Gumamku sedikit kesal sambil bangkit dan menyiapkan diri untuk berangkat ke kampus. 

Entah kesialan macam apa yang menimpa ku hingga aku yang sama sekali bukan seorang morning person harus mendapatkan jadwal kuliah di pagi hari hampir di setiap harinya. 

Pagi ini juga aku sampai di kampus bersamaan dengan dosen yang sudah atau mau masuk kedalam kelas. Setelah menunduk minta maaf ke arah sang dosen. Dengan cepat kulangkahkan kaki ku menuju bangku kosong disamping Lana, sahabat ku yang sudah menyiapkan tempat untuk ku yang hampir selalu terlambat ini. 

“Ketiduran lagi?” Sapa Lana pendek. 

“Emang pengen tidur.” Jawab ku dengan senyum lebar yang dibalasnya dengan tawa kecil. 

Kebiasaan ku yang suka tidur ini sudah dikenal dengan baik oleh Lana. Meski masih sering aku dengar teguran dari bibirnya itu karena tidak jarang aku datang disaat dosen mulai menjelaskan yang membuat baik aku menjadi sedikit tegang dan tidak fokus selama masa pembelajaran.

Kelas berjalan lama seperti biasa, rasa lapar, kantuk dan bosan tidak menunggu lama untuk ikut berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. 

“Habis ini ada kelas gak?” Tanya Lana setelah dosen menutup kelas dengan salam dan mempersilahkan para mahasiswa untuk keluar kelas. 

“Ada, siang tapi. Jam 12.50. Masih 3 jam.” Jawabku sambil memasukkan pena dan buku catatan yang kugunakan untuk menghalau rasa kantuk tadi.

“Mau balik atau di kampus?” Lanjutnya. Meski jawaban ku sejauh ini sering kali sama, namun Lana sebagai orang yang masih mau dan sudi berteman dengan ku hingga saat ini itu masih menanyakan hal tersebut. Cukup membuat ku terharu jika kalian tanya.

“Balik lah, lumayan 3 jam bisa tidur. Kamu? Organisasi?” Balas ku. Lana memang cukup aktif di organisasi kemahasiswaan di fakultas kami dan termasuk orang yang memiliki banyak teman dan relasi di sana sini.

Lana mengangguk dan menjelaskan kalau saat ini di departemen tempatnya bergabung sedang menjalankan sebuah program kerja yang mana dirinya ditunjuk sebagai kepala pelaksana. Sehingga ia sering menghabiskan waktunya di kampus dari pada pulang ke kos di sela kelas atau setelah kelas. 

“Sibuk banget. Semangat yak. Entar kalau butuh partisipan bilang aja, jadi peserta doang mah aku bisa.” Setidaknya untuk teman ku yang sudah bertahan lebih dari 8 tahun bersama ku ini, aku bersedia untuk menghabiskan energi dan tenaga lebih untuk membantu dan mendukung program kerja yang dikepalai nya. 

Kami pun berpisah di lift karena Lana akan naik menuju lantai 5, tempat ruang organisasinya berada. Sedangkan aku akan turun ke lantai 1 untuk pergi dari bangunan ini dan pulang. 

Sebagai mahasiswa kupu-kupu atau kuliah-pulang kuliah-pulang, aku termasuk ke dalam mahasiswa yang tidak terlalu terkenal atau memiliki banyak teman. Meski begitu kehidupan kuliah ku masih terbilang baik, performa ku cukup bagus dengan IPK 3,8. Kehidupan pertemanan ku terasa terpenuhi dengan keberadaan Lana yang sangat loyal dan baik hati bersama ku, dan kehidupan organisasi ku masih terbilang cukup karena di semester sebelumnya aku sudah berpartisipasi dengan beberapa kepanitian untuk mendapatkan sertifikat partisipasi sebagai syarat pelaksanaan ujian akhir kelak. 

Secara singkat hidupku bisa dideskripsikan dengan kata normal. Tidak berada di deretan atas, tempat orang-orang yang berprestasi, terkenal, atau berpengaruh di kampus. Tidak juga di bagian bawah, tempat orang-orang yang bermasalah, suka hilang tanpa kabar saat diberi tugas, atau tempat orang yang langganan kasus dan drama kampus. Ah, tapi kalau dipikir-pikir lagi hidup ku lebih baik dari orang pada umum nya karena aku berhasil mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk penduduk dengan ekonomi bawah.

Hari ini juga aku memutuskan untuk pulang dan memeluk guling serta bergumul dengan selimut diatas kasur ukuran single yang disediakan di kos ku ini. Mungkin kalian bertanya tanya mengapa tidur berada di pilihan pertama sebagai prioritas untuk ku dalam menghabiskan waktu luang. 

Apa kalian pernah mendengar istilah lucid dream? Kejadian yang masih belum bisa dijelaskan secara sains, dimana seseorang menyadari dirinya sedang tidur dan berada dalam mimpi. 

Sebenarnya ini bukan sebuah rahasia, hanya saja belum ada orang yang tau bahwa aku memiliki kemampuan untuk mengalami lucid dream sesuai dengan keinginan ku. Mungkin karena terlalu sering mengalami lucid dream, hingga pada akhirnya, sekitar satu tahun yang lalu aku mulai bisa mengendalikan kapan aku ingin mengalami lucid dream dengan beberapa persiapan sebelum tidur. 

Setelah meminum segelas air hangat, memijat dan mengusap kedua tangan ku, lalu memberikan sugesti yang ku ulangi beberapa kali sambil memegang kepala ku. Aku ambil selimut dan guling ku dan tanpa menunggu lama hembusan nafas stabil terdengar di kesunyian kamar. 

Selain tidur, aku memiliki hobi membaca novel dan juga komik. Sehingga imajinasiku bisa dibilang cukup luas dan beragam. Ingat mimpi ku tadi pagi? Petualangan ku di dunia sihir dimana naga dan kraken dapat aku lihat dan ku kendarai sesuka hati. Hembusan angin yang menampar wajah dan ketinggian yang masih sedikit membuatku gemetar, mengingatnya membuat ku ingin mengulangi pengalaman yang sama sekali lagi. 

Saat perbatasan antara sadar dan terlelap mulai dapat aku rasakan. Dengan gambaran naga hitam dipikiranku, dengan cepat suasana di sekitarku berubah. Seolah ada asap yang melahapku untuk sekejap, mengantarkanku ke dunia lain dimana aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan. 

Pemandangan gunung dan pepohonan mulai terbentuk dan memenuhi penglihatan ku. Tak lama suara air terdengar, suara gemerisik angin, dan suara jangkrik di atas pohon serta suara samar dari auman hewan entah apa dari kejauhan.

Senyum lebar tergambar jelas di bibirku. Seolah sudah mengenali tempat ini dengan jelas, kulangkahkan kakiku menuju salah satu bukit. Mencari goa tempat naga hitam itu terlelap. 

Lihat selengkapnya