“Ihhh Ayang aku kenapa wajahnya ditekuk terus giniii” Sella mencubit pipi kekasihnya itu dengan gemas.
Lana yang menjadi korban hanya diam dengan wajah tertekuk dan mulut yang dimajukan. Meski begitu Lana hanya membiarkan sang kekasih memainkan wajahnya sesuka hati tanpa menepis tangan sang gadis.
“Kenapa sihh? Sini cerita. Aku udah jauh - jauh main kesini masak dikacangin doang.” Ucap Sella dengan senyum kecil dan tangan yang mengelus pelan bahu Lana.
“Aku baru tengkar sama Shei.” Ucap Lana akhirnya setelah Sella dengan sabar memberikan usapan penyemangat di bahu dan tangannya disertai kata - kata afirmasi positif yang diikuti dengan sedikit rengekan.
“Hm.. kok bisa?” Sella yang pastinya juga mengenal Shei dan mengetahui kedekatan keduanya cukup terkejut mendengar ucapan Lana.
Bukan tanpa alasan, Shei dan Lana sudah seperti saudara. Sella sedikit banyak tau tentang kisah hidup Shei yang tidak seindah itu. Keadaan rumah yang tidak baik, kondisi ekonomi yang tidak cukup memadai, dan meski kepribadian yang ya… cukup perlu di pertimbangkan itu namun Sella mengakui jika Shei adalah individu yang perlu untuk diberi perhatian yang lebih banyak dari pada orang pada umumnya.
Jadi saat sering kali Lana memprioritaskan Shei dibanding dirinya atau saat Lana masih memikirkan kondisi Shei saat mereka bepergian, Sella hanya bisa maklum dan menganggapnya sebagai mana dirinya yang juga sering membelikan make up dan jajanan ringan untuk adik perempuannya saat dirinya dan Lana liburan.
Shei dan Lana saling mengenal lebih lama dari Sella mengenal Lana. Itulah mengapa sebagai kekasih yang baik dan bijak Sella berusaha untuk memaklumi sebanyak mungkin kehadiran Shei dalam hidup kekasihnya ini.
Meskipun dulu Shei pernah datang dan melabrak nya karena membuat Lana bersedih. Tapi Sella sudah dengan lapang hati memaafkan sahabat dari kekasihnya itu dan meskipun keduanya masih sering cekcok dan Lana hanya tertawa dan menengahi. Sella sudah cukup dekat untuk menyebut Shei sebagai temannya… ya.. mungkin.
“Aku juga gak tau. Shei sering banget ngilang akhir-akhir ini. Kelewatan kelas. Telponnya enggak dibales. Sibuk terus sampai enggak ada waktu untuk main atau buat ngerjain tugas bareng. Pokoknya dia seilang itu.” Jelas Lana dengan kerutan di dahinya.
“Mungkin dia lagi sibuk kali..” Sella mencoba membuat alasan. Lana menggeleng cepat.
“Kamu kayak gak tau Shei, La. Dia bukan orang yang ngilang kayak gitu kalau sibuk. Dia juga udah bilang kalau semester ini dia enggak bakal ikut organisasi atau kegiatan kampus. Kerja juga gak mungkin, Shei udah ada beasiswa, dia enggak bakal ngorbanin pendidikannya buat kerja. Selama ini dia enggak pernah main rahasia - rahasiaan kalau ngelakuin apa apa. Tapi tiba - tiba dia kayak gini dan gak mau bilang ada masalah apa ke aku.” Lana mencurahkan kekesalan dan rasa khawatirnya.
“Kamu yakin dia lagi ada masalah?” Tanya Sella. “Bisa jadi dia emang lagi ngelakuin hobi atau apa gitu dan enggak mau orang lain tau.” Gadis itu melanjutkan.
Lana menggeleng, “Shei cuma punya aku La, dia gak punya orang lain yang bisa jadi tempat dia bergantung. Shei enggak pernah ngomong, tapi dia selalu ngasih tau hal-hal kecil atau masalah yang dia alami ke aku. Aku tau Shei enggak bakal ngerahasiain apa - apa kalau itu enggak berbahaya atau buruk buat dia. Kalau dia udah kayak gini aku yakin pasti ada yang salah.”
Lana memang memiliki rasa tanggung jawab yang terlampau besar untuk Shei. Tidak banyak orang yang tau tapi Shei memiliki peran besar dalam hidup Lana. Sebagaimana Shei yang selalu bersyukur dan berterimakasih dengan keberadaan Lana, Lana juga merasakan hal yang sama dengan keberadaan Shei.
Dulu Lana bukanlah orang yang cemerlang. Ia pemalu, terlalu sering merasa sungkan dan tidak enakan kepada orang lain dan merasa bahwa afeksi dan kasih sayang dari orang lain adalah sesuatu yang harus dengan sangat dirinya perjuangkan.
Ini cukup klise sebenarnya. Orang tua Lana terlalu sering sibuk dengan pekerjaannya, membuat Lana besar dan tubuh di bawah bimbingan dan naungan dari neneknya. Nenek Lana adalah seseorang yang sangat lembut, ia mengajarkan Lana banyak hal baik dan bagaimana menjadi manusia yang berbudi pekerti.
Namun sayangnya di dunia yang keras ini menjadi manusia yang baik tidak selamanya berakhir baik. Karena kurangnya kasih sayang orang tua, Lana tumbuh menjadi orang yang sangat menghargai dan menginginkan perhatian dan validasi dari orang - orang di sekitarnya, people pleaser jika boleh dibilang.
Saat bangku sekolah menengah pertama atau SMP, Lana yang terlalu baik dan polos untuk dunia yang kejam ini akhirnya mengalami hal yang tidak menyenangkan. Karena perilakunya yang cenderung lembut dan sopan, teman - teman sebayanya jadi sering meledek Lana. Beberapa hal ekstrim seperti memalak dan mengganggu juga sering Lana rasakan.
Karena Lana kecil tidak diajari cara untuk melindungi diri, Lana akhirnya hanya dapat pasrah dan membalas semua perilaku buruk kepadanya dengan respon yang terlampau patuh. Membuat para pembully nya malah semakin semena - mena, apalagi setelah mengetahui Lana berasal dari keluarga yang kaya raya.
Di momen inilah Shei muncul dalam hidup Lana. Berbeda dengan Shei saat ini, Shei kecil merupakan pribadi yang lebih meledak - ledak. Mungkin faktor kondisi rumah yang tidak baik, sehingga Shei melampiaskan kekesalannya dengan cara yang bisa tidak bisa di bilang positif, yaitu bertengkar dan memiliki kepribadian yang keras.
Seperti adegan dalam film. Saat itu Lana kembali dipalak oleh gerombolan anak nakal dari kelas lain. Shei yang saat itu lewat dan sebenarnya sudah sering melihat tindakan semena-mena para anak nakal itu tiba-tiba saja meledak.
Shei tidak pernah suka melihat orang yang seenaknya. Melakukan apapun yang mereka suka hanya karena mereka ingin dan memiliki kekuasaan. Merampas hak dan kebahagiaan orang lain hanya karena mereka tidak bisa melawan.
Prinsip Shei sederhana. Jangan mengganggu nya dan dia tidak akan menganggu mu. Hargai hak orang lain dan dia akan menghargai hak mu.
Itu adalah titik awal kedekatan mereka. Lana dengan sikapnya yang baik dan sopan menjadi bagian dari hidup Shei yang saat itu sedang hancur - hancurnya. Shei mendapatkan dukungan baik moral maupun material dari Lana. Tentunya Shei selalu berusaha membalas dukungan yang Lana berikan. Saat itu Shei sering terlibat pertengkaran untuk membela Lana dan sering kali datang ke ruang guru untuk menyuarakan ketidakpuasannya soal kasus pembullyan di sekolah. Sedangkan di sisi lain Lana mendapatkan perlindungan dan motivasi untuk berubah dan menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berani.
Lana tidak pernah menganggap dirinya spesial. Namun Shei selalu memuji apapun yang ia lakukan. Memujinya aktif dan memiliki banyak teman. Memujinya ceria dan selalu bisa membuat siapapun ingin berteman dengannya. Memujinya baik hati dan selalu loyal. Memujinya berprestasi dan bisa melakukan segala hal.
“Kenapa enggak coba aja? Kalo kamu sih pasti bakalan lolos. Udah sana daftar.”
Shei adalah awal keberanian Lana. Fase labil penuh problematika mereka jalani bersama dengan saling menguatkan dan menemani. Sejak dulu Shei memang selalu keras. Keras pada dirinya sendiri dan keras pada orang lain. Meski begitu Lana tau Shei adalah orang baik yang akan selalu berusaha untuk melakukan hal baik untuk orang - orang disekitarnya.