Hari berganti, tetapi rasa resah di dada Doni tak kunjung reda. Ia tahu bahwa keputusannya untuk tidak menyerah pada Bara Timur atau Serigala Hitam telah membuatnya berada dalam bahaya besar. Namun, Doni tetap berpegang teguh pada keyakinannya. Baginya, hidup di bawah kendali geng adalah bentuk menyerah yang tak bisa ia terima.
Pagi itu, Doni memutuskan untuk mengunjungi pasar tua yang terletak tidak jauh dari gangnya. Pasar tersebut adalah tempat ia biasa membantu seorang pedagang sayur, Pak Manan, untuk mendapatkan uang tambahan. Pak Manan adalah seorang lelaki tua yang sering memberikan Doni nasihat tentang kehidupan, meskipun hidupnya sendiri tak mudah.
“Doni, kau kelihatan seperti memikul beban berat,” kata Pak Manan sambil mengikat karung berisi sayuran segar.
Doni hanya tersenyum kecil. “Nggak apa-apa, Pak. Aku cuma banyak pikiran.”
Pak Manan menatapnya dengan tatapan tajam tetapi penuh perhatian. “Kau tahu, Nak, hidup ini memang penuh tekanan. Tapi kalau kau biarkan tekanan itu mengubah siapa dirimu, kau akan kehilangan segalanya. Jangan biarkan orang lain menentukan jalanmu.”
Kata-kata Pak Manan membuat Doni merenung. Ia menyadari bahwa ia sedang berada di persimpangan jalan, di mana setiap keputusan yang diambilnya bisa menentukan nasibnya dan orang-orang di sekitarnya.
Ketika Doni selesai membantu Pak Manan, ia berjalan pulang melewati gang sempit yang menjadi rute sehari-harinya. Namun, di tengah perjalanan, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya mendidih. Beberapa anggota Serigala Hitam sedang memukuli seorang anak kecil yang tak berdaya.
“Bocah ini berani mencuri di wilayah kami!” teriak salah satu dari mereka sambil menendang anak itu hingga tersungkur.
Doni tidak bisa diam saja. Tanpa berpikir panjang, ia berlari mendekat dan berdiri di antara anak itu dan para penyerang. “Hentikan! Dia cuma anak kecil!”
Salah satu anggota geng, seorang pria bertubuh besar dengan kepala plontos, mendekat dengan tatapan marah. “Kau mau jadi pahlawan, hah? Siapa kau berani melawan kami?”
Doni tahu bahwa ia sedang mempertaruhkan nyawanya, tetapi ia tidak mundur. “Kalau kalian punya masalah, selesaikan dengan orang yang seimbang. Jangan dengan anak kecil.”