Luka Ini Indah

L
Chapter #20

20. Putus

Sepulang acara pernikahan temanku itu aku dan Mario benar-benar tak berbicara selama beberapa hari. Mario mulai terlihat sibuk sampai terasa tak ada waktu untukku. Ketika aku mengonfirmasi padanya, biasanya akan selalu berujung pertengkaran. Aku bukan pencemburu yang suka membatasi cowok. Tapi kurasa dia mulai bosan denganku.

Suatu hari, Mario bercerita tentang Ratna yang putus dengan Dicky, aku tahu tentu saja.

"Ratna putus dengan Dicky, Ndah. Apa kamu tahu?" katanya.

"Oooh iya. Dia cerita sama aku."

"Papanya ga kasih izin sama mereka."

"Iya sih. Dicky kelihatan playboy sih. Mungkin menyesal si Ratna menolak kamu." kataku.

"Ya bukan gitu juga. Kamu ini benar-benar ga percaya padaku ya? Jangan seenaknya menuduh!"

"Aku kan ga menuduhmu. Apa memang benar dia kembali mengejarmu dan sekarang kamu bingung?"

"Aku bingung denganmu."

"Kenapa bingung denganku?"

"Waktu itu kamu memilih menghadiri acara pernikahan temanmu padahal mamaku mengajak bertemu. Berarti kamu ga respek sama aku dan keluargaku."

"Aku kan sudah bilang, dia sudah memintaku menjadi bridesmaidnya sejak beberapa bulan lalu. Toh kamu juga sudah kuberitahu dan kamu juga ga melarang. Apa kamu ga bisa mengerti?"

"Katamu temanmu itu suka menjodohkanmu, kok bisa masih diterima aja?"

"Ya Tuhan, aku ga ada apa-apa kali. Cuma kebetulan pasanganku saat itu adalah teman sekampungku. Toh dia juga ga mencariku, ga mengejarku, ga mendekatiku."

"Tapi kok kamu juga mau aja diajak jalan berdua dengannya?"

"Karena memang ga ada apa-apa."

"Tetap aneh bagiku."

"Waktu itu kamu yang mengajak break kalo aku tetap berangkat. Sedangkan kamu tahu, aku ga mungkin membatalkannya."

"Seharusnya kamu tahu diri."

"Hmm, baiklah aku yang salah. Mari berhenti berdebat."

Sebenarnya aku kesal juga terus-menerus diungkit soal itu. Mamanya mendadak mengajakku bertemu di hari aku harus berangkat. Aku sudah menyempatkan datang sebentar ke hotelnya sebelum ke stasiun. Tapi malah mamanya yang tak bisa. Lalu salahkah aku?

Seperti biasa, aku tak terlalu mempermasalahkan. Hari itu, aku meminta Mario menemaniku ke dokter karena tak enak badan. Dia malah bilang sedang ada banyak kerjaan. Tapi Ratna malah bercerita bahwa Mario menghadiri jamuan makan malam bersama kliennya di kantor.

"Kamu sedang apa?" tanyaku.

"Ini makan malam sama customer. Diajak menemani bos."

Lihat selengkapnya