Agustus, 1965
Ponirin bertelanjang dada, bercelana kolor, dan memegang sabit di tangan kanannya. Tali bambu apus yang sudah dipilin-pilin itu melingkar di lengannya. Dia sedang bersiap mencari rumput. Rencananya ke pinggir hutan jati. Si Kampret sedang kelaparan. Kambing yang sedang menyusui dua anaknya itu terus mengembik-embik sejak subuh tadi. Namun, baru juga berjalan lima langkah, Ponirah sudah mencegatnya di dekat pohon rambutan di samping rumah.
Telunjuk Ponirah menunjuk-nunjuk gerompolan buah rambutan yang baru bersemburat kekuningan itu. Sementara mata beningnya itu terlihat sangat berharap dan meminta.
“Pon, belum merah. Masih mentah, sabar, tho!” ucap Ponirin.