"Halo?"
Lelaki itu memasang earbuds saat mendapati sebuah panggilan masuk di ponselnya. Sementara, pandangannya masih terfokus pada jalanan yang ada di hadapannya. "A-Aku... Aku masih di kampus, Pa." Tanggapnya pada sambungan di luar sana sembari membanting setir ke arah kiri, tepat menuju gerbang masuk sebuah desa. "Baik, Pa."
Tuuuut.
Zaki Pradipta. Lelaki itu membuka setengah kaca jendela mobilnya saat memandangi suasana asri di sekelilingnya. Perlahan, semilir angin menyambutnya hangat. Mengibaskan rasa gerah usai dua jam melalui kemacetan di perjalanan ibu kota.
Lagi dan lagi, dirinya membuat sebuah kebohongan atas apa yang di ucapkannya kepada sang Ayah tadi. Pernyataannya yang berada di kantor, namun nyatanya ia kini memarkirkan mobilnya di bahu jalan sebuah desa usai tiba di sebuah rumah kecil dan sederhana yang bangunannya terlihat sudah sangat lama.
Terdengar suara alarm ketika ia beringsut turun dan pintu mobil putihnya tertutup. Wajahnya berseri-seri saat tuan rumah muncul dan menyambutnya hangat dengan sebuah pelukan singkat.
Ya. Begitulah tanda ketika kekasihnya telah datang dari kota demi menemui dirinya secara rutin. Dua atau bahkan tiga kali dalam sebulan, lelaki berkulit sawo matang dengan membawa aroma parfum maskulin yang khas itu selalu memberi kabar jika hendak menemuinya.
Lantas, yang ada di hadapan Zaki sekarang ialah seorang wanita yang cantik, berkulit putih dengan paras yang sederhana dengan balutan dress yang tak begitu mencolok. "Hari ini kamu cantik." Ungkap Zaki sembari menyibakkan helai rambut panjang kekasihnya. "Dress yang aku berikan padamu, sangat cocok untuk kamu."
Luna membuat senyuman di wajahnya. "Makasih ya, Mas. Padahal aku gak pernah min..."
"Hey." Sambar Zaki dengan lembut. "Jangan lagi-lagi bilang seperti itu. Aku gak suka."
Luna mengangguk. "Iya, Mas."
"Ya udah. Hmmmm.... Hari ini kamu mau kemana?"
"Gimana kalau kita pergi ke taman?"
"Hmmm-mmmm?"
Luna mencubit perut lelaki yang berbalut kemeja pas di tubuh kekasihnya. Hingga lelaki itu meringis menahan sakit. "Aku serius!" Protesnya.
"Iya...!" Angguk Zaki. "Aku tahu tempat yang menarik selain taman atau pemandangan hijau lainnya."
"A-Apa?"
Zaki segera menarik lengan Luna menuju mobilnya. Sesaat, keduanya berhenti ketika seorang pria tanpa sengaja lewat, menyapa dan mendekati mereka.
"Nak Luna, Nak Zaki..."
"Pak Indra." Sapa Luna sambil membungkukkan setengah tubuhnya.
"Kalian mau pergi kemana?"
"Kam-"
"Uhmmm... Kami mau bertemu orangtua saya dan ke butik, Pak." Sambar Zaki. "Kami akan melakukan fiting baju untuk pernikahan kami."