LUKA MEMELUK LUNA

essa amalia khairina
Chapter #11

KEJUTAN MENYAKITKAN!

Rumah Surya sangat luas dan besar. Terdapat berbagai ruang yang sepenuhnya belum Luna ketahui, meski sudah bertahun-tahun ia tinggal di sini. 

Derap langkah Luna masih terus berlanjut mencari sebuah tempat yang mungkin barang itu di letakkan di sana. Usai mengelilingi lantai atas kamarnya, Luna bergerak menuju lantai dasar yang belum sepenuhnya terjamah olehnya. 

Wanita itu terhenti tepat di sebuah pintu yang letaknya berada di sangat ujung dekat halaman kolam belakang. Dari luar, bangunan itu terpisah dengan dinding tanpa lapisan. Sehingga terlihat sedikit tak terawat. Mungkin ini gudang yang Luna cari. Batinnya saat mencoba menggoyangkan daun pintu yang ternyata tak terkunci.

Tanpa sepengetahuan siapapun, gerak Luna berlanjut...

Mula-mula, pintu gudang terbuka dengan suara kretek, memperlihatkan ruangan yang penuh debu dan hanya di terangi oleh cahaya remang sorot mentari yang masuk ke bilah-bilah jendela yang terbuka. 

Dindingnya berwarna abu-abu. Di sana, terdapat barang-barang tak terpakai seperti lemari, meja, dan kursi bekas. Sisanya, tumpukan kardus memenuhi ruangan usang yang mungkin menyimpan banyak kenangan keluarga Surya di sini. 

Bola mata Luna masih menyapu ke segala penjuru, mencari sesuatu yang bisa menjadikannya jawaban atas semua prasangka yang mengingatkannya kepada sosok Zaki, kekasihnya. 

Ya. Semalam tadi Luna tak bisa tidur. Bukan karena alasan ranjangnya yang hanya beralaskan karpet dengan hawa dingin menusuk tubuh. Melainkan, pikirannya mewangwang mengingat kisah yang pernah Bik Surti ceritakan padanya mengenai anak angkat Om Surya. Sungguh, hal itu sepenuhnya terpaut pada sosok Zaki.

Gerak Luna terhenti saat mendapati sebuah lemari kayu berwarna putih. Lemari itu memiliki dua pintu dan sangat berdebu ketika ia mencoba membuka kedua sisinya. 

Terdapat, beberapa tumpukan map dan dokumen-dokumen penting yang mungkin di miliki Surya. Satu benda yang menjadi pusat perhatiannya. 

Ia mengambil salah satu bingkai foto di antara bingkai-bingka lainnya. Foto itu menampakkan sebuah keluarga utuh yang terdiri dari sepasang suami istri yang tak lain ialah Surya dan Lidya. Sedangkan dua lelaki tengah memeluk mereka dari samping yang tak lain ialah Adit, dan.... 

Luna terkejut. Nyaris, bola matanya tak berkedip. Ia mencoba menghapus debu yang menghalangi wajah salah satu lelaki itu, kalau yang dilihatnya mungkin saja salah.

Tapi, rasanya tidak. Bibirnya terbuka dengan gemetar di tubuhnya yang mendadak membuat ia melemas. 

"Aku pulang...!!"

"Su-Suara itu." Gumam Luna segera menyimpan benda itu ke tempat semula dan kembali bergerak keluar dengan penuh kehati-hatian. Semakin dekat, suara dan bayangan itu semakin jelas dan nampak. 

"Bik Tuti....! Pa....! Ma...! Kalian dimana? Aku sudah pulang."

Lelaki itu menoleh dan mendapati Luna yang keluar dari ruangan tersebut. Mereka sama-sama terkejut lepas dan kedua bola mata mereka saling terkunci rapat. "Lu-Luna."

Luna menelan saliva dengan gelengan di kepala. Mungkin ini hanya mimpi. Batinnya mencubit diri. Sakit! 

"Ma-Mas Zaki." Gemetar Luna. Gak mungkin! 

Zaki menarik senyum dan memeluk Luna sangat erat saat itu juga, melepas rasa rindu yang selama ini menghantuinya. Tak lama, Zaki melepaskan pelukan dan menatap Luna lekat sambil menangkap kedua sisi leher jenjang kekasihnya itu. "Luna." Lirihnya. 

Apa yang ada di hadapan Luna ternyata seseorang yang selama ini ia duga. Sosok yang selama ini di rindukannya dengan bayang-bayang ketakutan dan kegelisahannya semenjak kepergiannya. Air mata Luna tak dapat tertahan, menetes membasahi wajah yang saat itu juga Zaki menepisnya lembut. 

"Hey. Kenapa kamu nangis?" Ucap Zaki melihat Luna yang terisak sesak. 

"I-Ini kamu, Mas?" Ucap Luna nyaris tak menimbulkan pita suaranya. 

Zaki mengangguk tegas. "Aku sangat merindukan kamu, sayang. Ke-Kenapa kamu bisa, ada di rumahku?"

Rumahku. Luna melemas. Mula-mula, ia melepaskan kedua jemari kokoh itu yang sedari tadi mengikatnya... 

"Aku..."

"Zaki!"

Lihat selengkapnya