LUKA MEMELUK LUNA

essa amalia khairina
Chapter #16

KANDAS TAK BERBEKAS

sannya terhadap Luna. Hal itu membuat rasa bersalah Zaki atas ucapannya kepada Luna menjadi keputusan yang tepat.

Sementara, Luna semakin tersiksa dalam situasi ini. Perasaan yang tak nyaman oleh sikap Adit justru membuat Zaki menyangka bahwa Luna tengah menutupi demi menjaga perasaannya. 

Terlebih dengan malam ini- ialah malam yang akan menjadi saksi titik akhir hubungan mereka. 

Kalimat menyakitkan Zaki yang pernah di ucapkannya beberapa hari lalu membuat Luna sadar bahwa ia harus kembali ke tempat semula. Dimana hatinya harus menerima Adit sebagai suaminya, meski lelaki itu sampai sekarang tidak pernah bisa membuka hati untuknya.

Hening. Hanya terdengar bunyi AC mobil meramaikan suasana dingin di antara mereka. Luna yang sibuk dengan kesedihannya, sementara Adit tetap fokus menatap jalanan. Dua atau tiga menit lagi mereka tiba di tujuan. Dan, hal itu semakin membuat hati Luna gelisah.

Tak lama, mobil mulai masuk ke dalam sebuah pelataran hotel yang luas. Keduanya beringsut turun. Mereka di sambut hangat oleh bridesmaid dan lantunan musik klasik memeriahkan acara pesta pernikahan Zaki dan Tania usai Adit lebih dulu masuk ke dalam sebuah ballroom luas dan megah. 

Pernikahan Zaki dan Tania sengaja di buat suasana santai dan elegan. Zaki dan Tania membiarkan altar berdiri kokoh dengan bunga-bunga menawan, sehingga para tamu yang berdatangan dapat berbincang langsung dengan mereka. Di sana ada Surya, Lidya dan Hans yang saling berbincang hangat. Adit kemudian bergerak mendekati mereka, di ikuti Luna dari samping. 

"Ini Adit. Anak pertama saya." Sambut Surya sesaat keduanya memecah perbincangan hangat mereka. "Adit ini pemilik perkebunan di Malang. Dan ini istrinya, Luna."

Adit menyambut salam hangat kepada Hans, begitu juga dengan Luna. 

"Istri Adit sangat cantik." Puji Hans melirik Luna yang mengenakan balutan dress hitam yang terpaksa Adit belikan untuknya, agar Surya tak curiga.

Adit melempar senyum dan merangkul pinggang Luna. "Om bisa saja."

Luna tertelan saat mendapati Zaki dan Tania muncul. Bulat bola matanya menghangat. Kesedihan yang sedari tadi di tepisnya seolah tak dapat di kendalikan saat melihat keduanya saling bergandengan tangan dengan sangat mesra.

Zaki tertegun. Matanya bertemu Luna. Seharusnya yang ada bersamaku sekarang adalah kamu, Luna. 

Lihat selengkapnya